Sunday, February 25, 2018

Review Drakor: Reply 1994 (SPOILER FREE)

(Rilis tahun 2013, nilai IMDb 8/10, dan baru ditonton tahun 2018, hehe)

"It is said that in order to achieve success in one field, ten thousand hours are required. The ten-thousand-hour rule. For Mozart and the Beatles and Steve Jobs and Kim Yuna, it was not an innate genius or good luck that created their success, but the effort and pain of more than ten thousand hours of work. It could be that work, relationships, and love are like that. In order to achieve that accomplishment, you can’t wait for an innate something to show up or a stroke of luck—you have to work hard and try and suffer till the very end. It ain’t over ’til it’s over." - Chillbong.

Pernah gak nonton drama seri yang sangat bagus, detail, niat, pemain jago akting semua, naskah apik, dan full paket serunya di setiap episode? Aku pernah, di tahun 2016, nama serialnya Game of Throne, dan itu semua episodenya dibuat dengan sangat niat sekali.

Tahun ini, 2018, aku nemuin feels yang sama di serial tivi. Bukan buatan Hollywood. Tapi drama korea ini, Reply 1994. Setiap episode dibuat dengan sangat detail, lengkap semua sedih, lucu (banget!), bitter, sweet, detail, dan story telling yang sangat bagus sekali. Pernah kan nonton serial tivi, lalu sangking veterannya kita ama serial tivi, jadi bisa nebak adegan selanjutnya, bahkan endingnya? Di Reply 1994, semua kemampuanku bertahun-tahun jadi penikmat sinetron dan telenovela, gugur berjatuhan. Gagal maning nebak adegan selanjutnya, gagal maning juga nebak endingnya, sampai episode terakhir. Angkat empat jempol buat sutradara dan penulis skenarionya. *clapping hands in awe*

Sesuai judulnya, Reply 1994 ini settingnya di Seoul tahun 1994. Kita diajak nostalgia lagi dengan kondisi tahun 90-an. Kaset, disket, telepon umum, telepon kartu, pager, telepon rumah, tivi tabung, radio, game tetris, dan semua ini dimunculkan dengan sangat detail sekali. Jadi inget dan ketawa sendiri saat dulu masih zaman pake pager, telepon koin, telepon kartu. Kebayang banget rempongnya pedekate kalo zaman dulu. Hehehe.

Ada 3 hal yang jadi fokus utama di Reply 1994: friendship, family, and love, and how time shapes teenager into young adult. Cerita ini tentang persahabatan 7 orang yang tinggal di satu rumah kos-kosan. Na Jung, anak pemilik rumah kos, ceria, bright, brave, and funny. Yoon Jin, remaja yang pemalu dan tertutup. Haitai, trying his best to be a bad boy but he's actually, not. Binggrae, yang masih ragu atas orientasi seksual dan pilihan sekolahnya. Samcheonpo, anak desa masuk kota yang masih culture shock. Chillbong, atlet baseball kesayangan satu Korsel, but very lonely at heart, dan terakhir T r a s h. Trash is very special because he has every quality a girl could ask for. Watch it, and you'll say "Amen". LOL! Keluarga Na Jung dan semua penghuni kosan selalu menghabiskan pagi dengan sarapan bersama. Adegan mereka sedang makan mengalahkan episode Masterchef dalam hal membuat air liur keluar, pokoknya jangan dilewatkan.

Reply 1994 ini juga memiliki timeline story yang sangat unik. Berpindah-pindah dari tahun 2013, ke 1994, lalu 1997 dan 2002 dan bertukar-tukar diantara tahun-tahun tersebut. Setiap pergantian setting tahun, akan terlihat perubahan gadget, fashion, kondisi Seoul, dan pendewasaan karakter-karakter di sini. Setiap perubahan setting akan juga memunculkan hint-hint baru dari pertanyaan besar sejak awal serial ini dimulai: Siapa dari kelima pria yang tinggal di kosan (pic di atas sebagai informasi relevan), yang akhirnya menjadi suami Na Jung? Jangan kira aku gak nebak. Setiap episode selalu memunculkan hint baru dan akhirnya aku revisi tebakanku lagi. Tapi asemnya, gak tertebak juga sampe episode terakhir. Percuma banget pengalaman bertahun-tahun nonton serial tivi, ah. 
Uniknya lagi, beberapa episode menandai peristiwa penting dan asli yang terjadi di Seoul. Ayah Na Jung menjadi pelatih Seoul Twins, klub baseball paling terkenal di Korea, memenangkan pertandingan di tahun 1994, tahun yang sama dengan kisah ini dimulai, dan alasan kenapa mereka pindah ke Seoul. Di peristiwa Kolapsnya Sampoong Department Store tahun 1995, kita akhirnya tau ternyata Na Jung peduli dengan Chillbong. Krisis moneter di Korsel tahun 1997 menjadi latar belakang kenapa Na Jung menunda pernikahannya dengan salah satu penghuni kosan juga (?), dan berujung putus, batal nikah. Korsel jadi semifinalis World Cup 2002 setelah menang lawan Italia, menandai titik balik perdamaian ketujuh sahabat ini yang sempat renggang karena sibuk kerja dan rebutan Na Jung (penasaran kan siapa vs siapa yang rebutan?). Dan Korsel menang adu penalti dengan Spanyol di World Cup 2002 menjadi alasan kenapa sedikit tamu yang datang on time ke nikahan Na Jung (loh, nikah dengan siapa akhirnya? hehehe).

Na Jung, Yoon Jin, Samchenpo, Haitai, Binggrae, Chillbong, and Trash each represent how we react towards what life put us into. Na Jung berani bilang suka ke orang yang sudah lama dia sayang, walaupun tau akan ditolak. Trash yang calon dokter bedah syaraf, bisa fokus belajar walaupun hati lagi amburadul, dan Trash mengajarkan kalo kita teguh, kekeuh ambil hati calon mertua, akhirnya luluh jua. Hehehe. Samcheonpo sangat cuek, namun ternyata sangat baik hati, rela nyolong toilet demi pacarnya. Yoon Jin pemalu, mulai percaya diri setelah ada pria yang bikin dia jatuh hati. Binggrae sama seperti rata-rata anak kedokteran umumnya yang dipaksa jadi dokter oleh orang tuanya: galau, gak yakin, rebel, dan ditambah lagi dia gak yakin apa dia suka pria atau wanita. Haitai yang berusaha ceria, berusaha keras jadi bad boy, padahal itu hanya topeng untuk menutupi kalo dia masih ingat cinta pertamanya. Chillbong..well, Chillbong bisa meneguhkan hati untuk konsisten terus berprestasi, walaupun di saat bersamaan hatinya sepi karena kurang perhatian ortu, dan patah hati akibat cinta bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun. Chillbong bisa meramu kepahitan hidupnya, kesepiannya, menjadi sesuatu yang positif, dan for that, this character got a special place in my heart. Dari Chillbong kita bisa lihat kapan harus fight, dan kapan harus let go. I quote his words, "If there's something that doesn't work out even after heartache for 10,000 hours at least, for that person, I have to let her go". OUCH!! This part, really breaks my heart

Sampai sini udah kebayang kan ya, lengkapnya Reply 1994 ini. Kayak sup kimlo kental padat berisi, cari apa aja ada di sini.

Dan..biar lebih penasaran, aku kasih hint lagi. Pacar Trash, pacar Yoon Jin, pacar Samcheonpo, cinta pertama Binggrae, cewek satu-satunya yang disukai Chillbong, cowok yang akhirnya menjadi suami Na Jung, semuanya ada diantara ketujuh sahabat ini. Which one is which, that what makes this series can't be missed, watch every single detail and hint. Dijamin, gak tertebak sampe akhir. Hohoho!

Hint lagi, nama suami Na Jung dibeberkan di episode 2, Kim Jae Jun. Easy guess? Nope. Kelima cowok penghuni kosan bernama depan Kim, dan tiga diantaranya punya nama belakang Jun. Which one is which, you'll find out at episode 21, the ending. Kurang asem apalagi coba, ini drakor?? Hahaha.

Selamat menonton yaaaa, ada 21 episode, dan ada di Viu kok. Semoga gak bosen juga baca review yang panjang ini.

And, one more nice quote from this series to brighten up your day, "dreams should be high, love should be deep". AAWWW..

Sunday, January 28, 2018

[Review drakor] Because This Is My First Life: apa yang bisa kita pelajari



*ulasan suka-suka 👐

Dalam 3 hari terakhir berhasil menuntaskan satu drama korea berjudul This Is My First Life ini. Rekomendasi tentu saja dari uni Ria Oktorina yang selalu jitu sarannya (thanks, uni 😝)

Sebelum lanjut, mau nunjukin satu quote dari peraih Nobel di bidang ekonomi, Gary Becker, tentang pernikahan ditinjau dari segi ekonominya. Quote ini dikutip sepanjang episode drakor, jadi wajar kalo saya sangat tertarik. Tahun 1970 pendapat beliau ini bisa dibilang menggemparkan. Kenapa? Karena mendobrak pakem umum bahwa alasan menikah itu karena..cinta. (uh yeah!)

Here we go:

“According to the economic approach, a person decides to marry when the utility expected from marriage exceeds that expected from remaining single or from additional search for a more suitable mate." - Gary Becker.

Ditinjau dari segi ekonomi, seseorang akan menikah apabila mendapat keuntungan lebih besar (secara finansial) dari pernikahan tersebut, dibandingkan dengan melajang. Cinta? Ah, sebodo teuing ama cinta. Yang penting untung, gitu kira-kira kata Becker.

So. Begitulah yang terjadi pada kedua tokoh utama kita ini. Se Hee (38th) dan Ji Ho (30th) sedang berada di titik kurang menguntungkan dalam hidup masing-masing. Se Hee membeli apartemen yg harus dicicil selama 30 tahun (waks!) dan Ji Ho sebagai penyewa kamar di apartemen tersebut juga tidak punya uang untuk pindah cari apartemen baru. Se Hee perlu orang mengurus apartemennya dan kucingnya selama dia kerja, Ji Ho butuh kamar untuk tinggal. Se Hee gerah disuruh ibunya segera nikah, Ji Ho juga gerah udah umur 30 tahun tapi belum punya kerja yang settle dan masih melajang, jadi perawan tua. Keduanya berpikir bahwa dengan menikah, sama-sama dapat untung. Seperti Gary Becker bilang tadi, gak perlu cinta untuk menikah, yang penting lebih untung dibanding melajang. Buat kontrak selama dua tahun, habis itu bercerai. Akhirnya mereka nikah, resmi jadi downline-nya atuk Becker.😝😝

Selanjutnya bisa ditebak lah yaaa.. Akhirnya keduanya sadar kalo mereka terlalu menyepelekan pernikahan, dan berpindah menjadi downline-nya wong Jowo yang bilang "witing tresno jalaran soko kulino”, cinta tumbuh karena terbiasa. Se Hee yang dingin dan gak peduli mulai membuka diri, namun sayang Ji Ho udah patah semangat. Trus mereka cerai? Lanjut nikah? Atau cari upliner baru? Silahkan nonton sendiri yak. 👌

Intinya, drakor ini membuat saya merefleksi diri lagi saat awal nikah dulu, apa yang membuat saya memutuskan menikah. Benarkah seperti Becker bilang, lebih menguntungkan dibanding melajang? Dan sebaliknya jadi berfikir, apa di benak mereka yang memutuskan melajang saja? Apa karena lebih menguntungkan dibanding menikah?

Well, pada akhirnya kesimpulan saya dan Ji Ho sama, kami sependapat dengan Goethe yang dikutip di akhir drakor ini.

"Love is an ideal thing, marriage is a real thing; a confusion of the real with the ideal never goes unpunished" -Goethe. Cinta memang paling ideal, namun pernikahan itu sesuatu hal nyata. Kebingungan menentukan mana yang ideal dan nyata ini gak pernah tanpa konsekuensi.

Selamat berakhir pekan.

*nb: drakor ini mengajarkan saya tentang pernikahan lebih banyak dibanding waktu bimbingan di KUA dulu. Apa perlu direvisi bimbingan pra nikah menjadi nonton drakor saja? 😝😝😝😝