Friday, September 9, 2016

Review Baby Carrier: Daiesu Bubblegum Woven Baby Wrap

*highlight of the day: skuter baru bang Agi dan dek Aga yang anteng dalam bubblegum*
Malaysia patut bangga. Bukan karena ada artis asal negaranya yang diabadikan jadi salah satu koleksi patung lilin Madame Tussaud (yap, ini Anggun, my idol), tapi karena salah satu gendongan karya anak negeri mereka sudah mendunia. Daiesu. Brand ini juga udah jadi member BCIA loh, itu semacam badan untuk standarisasi gendongan di dunia, safetynya, bahannya, ringnya, dan teknologi pembuatan baby carrier yang dipakai. Istilahnya kalo bikin resto, inilah badan yang ngasih Michelin Starnya setelah diuji oleh para Gordon Ramsay, di sana. *loh, kok laper*

*the beauty*
Sebagai persiapan, aku udah mantengin video tutorialnya berkali-kali beberapa hari sebelum gendongannya datang. Front Wrap Cross Carry atau FWCC, itu gaya wrapping paling basic yang perlu diketahui oleh wrapper. *ahseek, saya bakal jadi wrapper jugak akhirnya*. Tutorialnya bisa diliat di sini. Bingung karena gayanya banyak dan pusing mau pake yang mana? Well, you know what, it doesn't really matter. Boleh liat di sini begitu banyaaaaaaaaaaakk gaya menggendong dengan woven wrap ini. Limitless. Bahkan kalo mau ciptain gaya baru versi sendiri ya monggo. Misalnya GBPWSPD. Gendong Belakang Pilin Wrap Seperti Pita Depan. *oke, failed*

*hanya beberapa dari puluhan gaya menggendong lain di web babywearinginternational*

Sooooo...

Akhirnya mama dan Aga dapat kesempatan nyobain Bubblegum Woven Wrap yang murni katun ini untuk pertama kalinya. Kesan pertama, kainnya beraaat, lebaaar, setrooong, tapi OMG lembutnya. Semacam kain versi "muka Rambo hati Rinto" kali ya. Awal nyobain, uhmmm...keringetan. Ini kain mau diarahin ke kanan apa kiri atau diiket aja atau disimpul dulu baru disilang, atau dipilin-pilin dulu baru disilang? Yo wes karena baru jadi wrapper selama beberapa menit (!!!), akhirnya kita pake FWCC aja. Paling basic, and nailed it!

*we nailed the FWCC!*



*gak berat donk, karena beban terbagi di dua bahu dan punggung*
Wow, langsung berasa enteng loh pake woven wrap. Baru aja Aga dimasukin ke dalam kantongannya, kainnya udah grippy, udah kuat nahan berat Aga. Apalagi pas ditambah dengan simpul kain di bawah bum-nya, tambah okeh. Dibawa jalan-jalan juga gak mulur-mulur, posisinya ya begitu aja, padahal si mama ini udah lasak kesana-sini sambil ngikutin bang Agi main skuter. Asik ya. :)

Here's the summary:
  • Woven wrap ini kainnya harus kuat, lebar, tapi lembut. Ini yang mau 'dibungkus' adalah bayi loh, apa jadinya kalo kainnya kasar kan? Nah, Bubblegum Woven ini bahannya 100% katun, lembut, gak kasar, lebarnya 70 cm, gramasinya 250gr, cocok untuk ngegendong bayi newborn sampai balita (3-18kg). Aku udah coba juga buat gendong bang Agi (4 tahun/15 kg), dan berhasil, yey!
  • Sebelum pakai woven wrap, harus tau dulu size kita berapa. Ini berpengaruh ke safety atau kenyamanan bayi sih, dan ke kenyamanan dan kemudahan buat si wrapper. Aku sedang pakai size 7 dan kepanjangan, bisa dilihat kan dari masih menjulurnya ekor kain setelah diikat? Baiknya liat dulu Size Guide Daiesu di sini sebelum membeli ya.
  • So many ways in wrapping, tapi pastikan keamanan dan kenyamanan bayi saat diwrap ya. Untuk bayi, pastikan selalu visible dan kissable saat digendong.
  • Daiesu ini udah jadi member BCIA, jadi gak usah ragu bin khawatir dengan safetynya. Udah teruji.
  • Saat ini Daiesu hanya punya satu reseller resmi di Indonesia, yaitu Omah Gendongan @omahgendongan. Sebelum beli boleh tanya-tanya dulu ke ownernya, Mbak Astri yang informatif. Bisa diliat produk-produknya di IGnya ya. 
Terakhir, gak usah malu-malu kalo pada pengen tau harganya. Sekitar 250-300an Ringgit Malaysia, belum ongkir dan pajak loh sis, dari Kuala Lumpur. Kalo via Omah Gendongan, harganya sekitar 1jutaan lebih, belum ongkir. Mahal? Ya jelas wong barang bagus iki loh, nduk.

But, is it worth it? Yes, sure. Satu gendongan untuk si kecil, mulai dari bayi sampai balita. Satu lagi kelebihannya woven wrap, semakin sering dipakai, kain akan semakin kuat, jahitan semakin rapat, namun kain malah jadi semakin lembut. 

It grows better with you and your baby..
and your next babies. ^^

*visible and kissable, all the time*
 

Friday, September 2, 2016

Nursing Dress: Jumpsuit

Seperti di postingan sebelumnya yang juga bahas nursing dress alias baju menyusui, satu lagi model nursing dress pilihan aku itu yang model jumpsuit. Memang enak pake yang bahan kaos, jersey, modelnya gamis atau baju dengan belahan menyusui di kanan-kiri, tapi ya kadang boseeen. Alternatif lain ya bisa kemeja, tapi biasanya nih, akan bermasalah di lingkar dada. Aset yang ikut membengkak saat jadi ibu menyusui (ya you know lah what I mean..)

Anywaaay, sejak dulu waktu masa-masa menyusui Aga, pernah punya beberapa jumpsuit untuk jadi baju menyusui, cuma ya ditinggal di Batam semua. Bingung gak gimana caranya jumpsuit bisa jadi nursing dress? Gak takut terpampang nyata tuh asetnya saat menyusui? Hehe, tenang.. Di dalamnya selalu pakai tanktop, atau lebih oke lagi tanktop menyusui. Macam-macam kan brandnya, yang penting bahannya kaos, bukan spandex, biar agak leluasa saat buka-bukaan mau menyusui.

Jalan-jalan ke beberapa olshop anak muda yang lagi hip, eh kok gak nemu jumpsuit panjang yang oke. Kalopun ada model yang keren, eh kok gak cocok di harga, lingkar pinggang, dan lingkar dada. Maklumlah, dibandingkan waktu SMA (baca: belasan tahun lalu) badan ini tidak lagi meliuk sana sini. Malah membesar konstan di dua tempat tersebut di atas. And not getting bigger in Kim Kardashian way.. *grin*

Jalan-jalan mencari jumpsuit pun berlanjut, dan parkir di MatahariMall.com. Pilihannya banyak, dari yang diskon, yang murah, yang ratusan ribu, yang jutaan juga ada. Modelnya sangat sangat banyak pilihan, ada yang trendy banget kayak yang dipake Andien (dan aku naksir yang ini), ada yang lengan panjang, lengan pendek, kancing depan, pakai zipper, yang celana pendek, yang celana panjang, yang model pencil, yang lebar bawahnya juga ada. Bahannya juga bermacam-macam, jeans, kaos, katun, brokat, satin, silk. Loh, loh kok malah kayak jualan di Pajak Petisah gini sih? Ckckck, maap, maap, terlalu semangat. :))

Ini beberapa model baju jumpsuit panjang murah yang busui friendly (ahseek, sedap udah kayak olshop aja), hasil ubek-ubek MatahariMall, and here we go..

Warnanya super cakep kalo yang ini. Tinggal pake tanktop di dalamnya karena kayaknya agak terawang ya. Kalo aku sih, gak bakal pake sepatu tinggi begini, tapi pakai sepatu slip on sporty yang lagi hip juga sekarang.

Kalo yang ini bisa pakai manset menyusui di dalamnya. Saat mau menyusui, tinggal buka kancingnya, lalu buka bukaan menyusui di kanan kiri manset menyusui. Model seperti ini akan membentuk siluet ramping bagi si pemakai.

Ini model baju kodok tapi bahannya katun, bawahnya gak ketat jadi cukup sopan dan longgar bagi yang berjilbab. Ini bisa pakai tanktop menyusui sebagai inner di dalamnya, lalu di luar pakai kardigan atau sweater lagi. Warna putih sebagai inner dan kardigan bikin penampilan jadi sweet banget deh pasti.

Warna hitam memang paling aman, but also a bit boring. Ini lebih baik pakai manset menyusui yang agak longgar di dalamnya, jadi terkesan trendy dan effortless.

Duh, yang ini modelnya cuakeep. Suka banget deh. Tiggal tambah kardigan kalo aku, bisa dipake buat ke pesta kawinan juga atau ke acara formal.

Bahannya semi jeans jadi gak kaku dan gak ketat di badan. Model yang seperti ini aku pernah punya. Bagus di badan, keliatan ramping, tapi susahnya pas mau pipis, bukanya ribet karena harus keluarkan lengan lagi, baru dipelorotin sampe bawah. But, they said beauty is pain, rite? (YEAHH..)
Ini paling aman dan cocok untuk  busui berjilbab. Potongannya juga longgar, warnanya cantik, kancing di depan juga mudah dibuka. Cuma yaa, keribetan datang saat mau pipis, hihihihi..

Ini model-model baju jumpsuit panjang murah yang cocok buat menyusui dan cocok juga buat yang berjilbab. Tinggal pilih sesuai lingkar dada, lingkar pinggang, dan budget. Tapi ini rata-rata di bawah Rp 300.000 kok. Kalo mau model lain, sangat buanyaaak di MatahariMall.

Selamat ubek-ubek ya! Saya juga mau ubek-ubek lagi nih.

*fist bump*

Thursday, September 1, 2016

Liburan Singkat - The Hill Resort Sibolangit

*exhale-inhale..soooo fresh!*





Memang rezeki anak sholeh. Agi dan Aga, maksudnya, bukan mama-papapnya. Dapat telepon dari temen si papap, diajakin nginep di The Hill Resort ini dengan harga super miring hampir tiarap. Ya PASTI MAULAH! Pulang dari Agi karate, langsung bak-buk siap-siapin barang yang mau dibawa -baju mama, baju papap, baju Agi, baju Aga, dan segala printilan lainnya- sampai muat satu koper. Cemilan, udah dibeli, minum udah diisi, so let's go! Jam 8 malam kami berangkat ke Sibolangit, menembus kegelapan malam, dan malam Minggu pula. Tsk tsk, nekat. Akhirnya jam setengah 11 malam sampe ke TKP, Alhamdulillah gak ada kejadian aneh-aneh. Kayak dicegat monyet nyasar, misalnya.. ^^

Waktu nyampe gerbang The Hill, ada security yang nyamperin, nanyain kami udah booking atau belum. Mungkin kalo jawab belum, disuruh balik badan aja, soalnya udah full. Owkaaay. Gitu nyampe lobby, bang Agi (dan papapnya *sigh*), superrr excited liat ikan koi di akuarium yang banyaknya gak sante, buanyaak. Dan muat. Sampe puyeng mikirinnya gimana kalo ikan-ikan ini saling tabrakan, ini mirip kalo lagi macet di lampu merah Polonia, gak bisa gerak. Maju kena, mundur nabrak. Pity you, fishes..

*traffic jam in fish world*

Pas di kamar, amaze ama tempat tidurnya yang tinggi. Aga langsung nyambung boboknya lepas dari gendongan, ke tempat tidur. Eh, si bocah tau aja mana yang nyaman, langsung blass sampe pagi. Memang nyaman banget bed-nya, space kamar juga luas. The boys approved, liat aja pose tidur mereka yang mirip yang menandakan DNA-nya juga sama. Wakakakakk. :D

*bed nya besar, muat berempat loh*


Good morning! It's time to explore the resort! Kesan pertama pas buka pintu, itu udara yang suegerrr, mata kayaknya jadi jelalatan liat yang ijo-ijo (tanaman, bukan duit ya). Di depan kamar ada taman, di samping kamar ada kolam ikan, di arah tenggara koordinat 54 derajat bujur timur ada hutan bambu. Jadi si taman ini ada di tengah-tengah deretan kamar. Asiknya lagi, mobil bisa dibawa masuk sampe ke depan kamar, jadi kalo ada yang mau diambil ke mobil gak perlu jauh-jauh deh. Yumm! Waaww, ikannya besar-besar bangett! And you think you've seen it all, nope, wait. There's more.

*ada yang ikannya lebih gede dari Aga, waks*

*susah payah nahan bang Agi biar gak celupin tangannya*
Surprisingly, di sini ternyata banyak banget spot keren buat foto, dan banyak banget binatang yang biasanya kita jumpa di kebun binatang aja. Ikan koi besar ini, burung hantu, burung makau, flamingo, angsa hitam dan putih, kanguru putih, elang, pelikan, merak, tupai, kura-kura, bahkan mereka punya kuda poni! Cocok banget bawa Agi yang selalu pengen tau hewan-hewan dan tanaman. Sepanjang jalan menuju hutan bambu itu ada sangkar hewan-hewan ini, dan mereka dilepas gitu aja di habitat aslinya. Seru kaan. Aku aja yang udah gede gini ikutan excited liat angsa berenang dengan cantiknya di kolam guede, ada air mancur, dan sungai mini yang airnya cukup deras. Sooo natural. Sooo calming. Sooo fresh.

*bapak dan anak sama-sama excited*


























































































*macau dilepas gitu aja, gak takut ilang yak.*

*depan kamar langsung taman, loh*

*akhirnya Agi tau mana yang namanya burung pelikan*
*hutan bambu yang adem*

Kalo kita gak mau nginep di sini, tapi pengen jalan-jalan di resortnya, cukup bayar Rp 100ribu di depan, parkir mobil di tempat yang udah disediakan, jalan-jalan deh sampe puas. Tapi gak boleh bawa makanan-minuman dari luar loh. Maksudnya gak boleh gelar tiker trus piknik sambil nyanyik pake keyboard dangdutan. Ya gak masalah, ada resto kok di luar, sebelum masuk gerbang The Hill. Makan dulu yang kenyang, yak!

Ohya, bonus nginep di sini ada juga. Dapat free dua tiket ke Hillpark, taman bermain anak-anak gitu. Bang Agi donk, yang paling seneng. Bisa main rumah pohon, bisa main pesawat, bisa mandi bola, boom boom car, dan makan ice cream. 

*di Hillpark. spot yang sama dengan tahun 2009, di depan rumah pohon juga, bedanya sekarang ada dua bocah*

Tips kalo mau nginep di The Hill Resort ini:
- booking jauh-jauh hari, karena weekend selalu full
- bawa baju renang. Walopun dinginnya ampun, tapi tenaaang, ada kolam renang air hangat loh
- pastikan pake baju dan sepatu yang nyaman untuk trekking. Kelilingin taman-hutan-danau di sini tidak akan rugi. Bisa juga sewa golf cart Rp 200ribu untuk kelilingin resort, tapi ah, jalan lebih enak. Beneran deh.
- siapkan kamera, hape, powerbank terisi penuh batrenya. Banyaaak banget spot bagus untuk foto-foto di sini.
- jangan nyampah! Pas ke danau angsanya, banyak sampah dan ada mas cleaning service yang bersihin sampah-sampahnya sambil naik perahu. Kasian kan angsanya kalo harus minum air bekas sampah kita. 
- bawa air minum. Udara yang dingin bikin kita jarang minum, padahal tubuh butuh cairan. 

Pokoknya sangat menyenangkan sekali liburan singkat kami di The Hill ini. Would love to comeback for more experiences, and kiddos sure love it!

*the view...*

Baby Carrier Review: Mamaway Ringsling

 *mama with 3 weeks old Aga in Mamaway Ringsling*

Aku memang suka menggendong. Punya anak kedua, sifat posesif ama bayi ini gak hilang-hilang juga. Pokoknya maunya deketan terus. Apalagi sekarang ada kemungkinan kalo selama Aga ASI Ekslusif, aku bakal terus ama Aga, gak kepotong cuti kerja kayak Agi dulu. Jadilah makin semangat untuk menggendong, dan mencari gendongan tentunyaaaa... Padahal udah bawa Bobita Wrap punya Agi dari Batam, tetap saja ada yang kurang rasanya. Iya, ritual shopping baby carrier sebelum bayinya lahir ini harus ditunaikan. *sok iye*

Wrap udah punya, yang stretchy sih, yaitu Bobita Wrap yang ijo dan almond - dan akhirnya beli lagi yang Sleepywrap, tapi itu untuk next post aja :)) - tapiii dasar emak ganjen *ngaku*, jadi pengen punya juga yang woven wrap. Warnanya aduhai amboi masyaAllah cantik-cantik buangeeeeet.  Tapi cara makenya cukup bikin keringetan, walopun setelah dipakai pasti bikin banyak kepala berpaling ngeliat kita, dan SAYA SUKA ITUH! *ketawa membahana* Tapi..hmm..gak siap deh mesti ribet-ribet makenya di saat Aga masih newborn, so skip. See you later ya woven wrap yang aduhai amboi masyaAllah cantik-cantik buangeeeeet.

Inti dari preambule sebanyak dua paragraf di atas adalah sebenarnya gak pernah terpikir untuk beli ringsling *pyuuuh*, maap ya buat yang dari tadi nungguin ini reviewnya mana sik, mak?! Oke, oke jangan manyun dulu, ayo senyuuuumm. *cekrek*

Iya bener, gak pernah terpikir untuk beli ringsling lagi, karena pengalaman pakai Kekhan Ringsling yang lumayan traumatis-beratnya. Kapok. Sampai pada suatu malam gak bisa tidur karena perut besar 39 minggu ini gak tau mau dibelokin kemana (semua bumil, toss!!!), aku buka youtube, search best baby carrier in the world, laaah kok malah nemu yang no.1 si Mamaway Ringsling. Ring-sling. Benarkah jenis gendongan ini yang terbaik, dan brand Mamaway ini yang no.1? Search lagi eh mampir di blog Rahne Putri yang ternyata pakai Mamaway Ringsling juga.

Hmmm... *tertarik*

Trus main-main ke webnya Mamaway, window shopping dulu, eh kok LUCU-LUCU banget motifnyaa. Aku tergoda! I'm sold! Beli yuk! Taraaaa, jadilah si Mamaway Ringsling motif Mickey Blue ini datang. Kesan pertama, kotaknya kecil yak. Ringkes juga saat dilipat. Kainnya kuat tapi lembut adem. Ringnya juga kuat, besar, bahan nylon. Udah teruji untuk bawa beban berat hingga 50 kg. Waks! Gak sabar deh mau coba, tapi memang harus liat-liat banyak tutorial pakenya, salah satu yang jadi rujukan aku ya di sini. Liat-liat lagi, coba-coba pake boneka (yeah), dan gak sabar nunggu bisa dipakein langsung ke Aga. 

Pas Aga lahir, umur 9 hari udah nyobain pake gendongan ini, sesuai anjuran, memang kaki bayi dilipat jadi M-shape atau infant shape di dalam gendongan. Agak kagok awalnya, apalagi saat adjust kain keluar masuk ring itu memang perlu dibiasakan, perlu pelototin video tutorial lagi dan lagi,  tapi pas bayi udah nemplok di dalam gendongan, udah pewe, aih maaaak, kayak gak terasa bebannya loh, gak berat! Tangan bisa bebas juga mau kemana-mana, mau pegang hape kek, makan kek, selfie kek, kekkekekekkk. Asik, kek! *mama hepi* 

*jarang selfie. Sekalinya selfie, ya begini, #brealfie*


Jadilah Mamaway Ringsling ini gendongan favorit aku. Gampang untuk lepas-pakai, gampang kalo mau nyusuin, bayi juga jadi adem, diem, dan ngantuk kalo udah di dalam gendongan ini, dan gaya pula. Ohya, selalu perhatikan ya kalo lagi menggendong bayi, pastikan bayi kita visible and kissable, seperti yang dibilang oleh Baby Carrier Industry Alliance ini. Jadi kalo bayi kita di gendongan terlihat mendelep, ya benerkan lagi. Terlalu jauh sampai gak bisa dicium, ya benerin lagi. Visible and kissable, ingat itu ya moms. 

*hands-free!!*
Mungkin downside dari baby carrier satu ini adalah harganya yang lumayan mahal. Kalo kita bayar pakai uang Rp 800ribu, ada kembalian sepuluh ribu. Setara dengan harga 50 porsi mie ayam. Emang, sih. Emaaaang.. Tapi apa mie ayam bisa dipake buat nenangin bayi growth spurt yang maunya nyusu terus? Tidaaaak. Apa mie ayam bisa diandalkan saat pergi liburan ke tempat yang gak stroller-friendly? Tidaaaak. Apa mie ayam bisa buat rasa aman bayi yang lagi maunya nempel ama mamanya terus? Tidaaakkk. 

So, it's worth every penny

Janji ke pak suami, ini gendongan ultimate yang akan jadi satu-satunya gendongan yang aku beli, jadi boleh lah ya, agak mahal. Katanya iya boleh, janji ya ma. Iya, aku bilang, makasih ya pap. Iya, kata si papap. Horeee!! (dan janji itu aku langgar kira-kira 4 minggu setelah beli Mamaway ini-tapi itu di postingan lain lah kita cerita-)
*bisa sambil jaga si abang karena tangan bebas, abang senang, adek tenang, mama hepi*

Tuesday, August 30, 2016

Ternyata Aga ada Tongue Tie

*tongue tie/ tali lidah pendek yang bisa mengganggu proses menyusui. Bukan, ini bukan Aga*
   
Sejak menjadi konselor menyusui tahun 2013, saya sering menangani bayi yang kesulitan menyusu, yang sulit sekali untuk latch-on (perlekatan) yang baik, dan si ibu yang juga sudah mulai menyerah karena tidak tahan nyeri puting lecet. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan hal ini adalah bayi memiliki tali lidah pendek, atau tongue tie. Maka saat saya melahirkan akhir Mei kemarin, dan langsung mengalami kendala menyusui (bayi sulit latch on, menangis saat menyusu, puting lecet dan berdarah), saya curiga kalo bayi saya yang baru berusia 2 hari ada tongue tie. Benar saja, dan hal ini dikonfirmasi ke dokter anak yang menangani bayi saya (Aga). 

Esok paginya, setelah berdiskusi dengan suami dan ibu saya, akhirnya kami memutuskan agar tongue tie tersebut diinsisi (digunting), walaupun sebenarnya kasihan Aga sekecil itu harus melewati prosedur yang cukup menyakitkan. Saya dipanggil ke ruang bayi, dan dari dalam terdengar tangisan Aga yang menyayat hati. Setelah diinsisi, Aga dibawa keluar, dan langsung saya susui. Nangisnya langsung reda, matanya menatap mata saya, dan lalu terdengar deguk-deguknya minum ASI. Alhamdulillah lancar, dan darah di lukanya langsung berhenti. 

Sejak saat itu, saya menyusui Aga dengan hati senang, puting tidak pernah lecet lagi, dan semakin bahagia karena penambahan berat badan Aga yang drastis, 2 kilo dalam 40 hari pertama. Berkat ASI dan berkat penanganan dini terhadap tongue tie. 

Tidak terbayang jika saja tongue tie ini tidak ditangani, Aga akan terus kesulitan menyusu, puting saya akan terus lecet, dan menyusui tidak lagi jadi pengalaman indah kami berdua. Saya bersyukur semua kesulitan itu bisa teratasi.


 *lelap habis nyusu*