Wednesday, August 31, 2011

Punya Anak = Harga Mati. Kiss My Ass!!

Punya anak itu adalah harga mati. Itu sih, yg gue pelajari dari 2 hari ikut lebaran ke kampung suami.

Ada sodara (semacam tantelah) suami yang gampaaaang bgt hamil. Mau tau gimana? Cukup dengan suaminya mimpi istrinya hamil. En voila!! Si tante pun hamil!!

Ibu mertua gue : "ayoklah kita tidur sana, biar bisa mimpi en nular hamil juga"

See, punya anak itu adalah harga mati.

Gak punya anak, mati lu

Meh, kiss my ass!!


-Ika Fairuza-

Thursday, August 25, 2011

Menghadapi Pasien Defensif

Bukan, gue bukan ahli banget soal menghadapi pasien. Jadi dokter juga baru 1,5 thn ini. Tapi gak ada salahnya share tentang gimana menghadapi pasien defensif, sesuai dengan pengalaman kerja gue. Hal kayak gini gak diajarin di sekolahan loh, pengalaman yang ngajarin.

Hari ini kali kedua gue ketemu pasien yang defensif. Sebelum kita merasa kesal karena sikapnya yang cenderung sok tau, sok enggak kenapa2, bahkan memarahi istrinya yang perhatian, mari kita memposisikan diri jadi dia.

Pertama, dia sakit.
Kedua, sakitnya kronis, menahun, dia mungkin udah bosan minum obat, dan tidak mengalami perbaikan
Ketiga, dia khawatir karena sakitnya ini bikin dia gak bisa kerja, gak bisa menafkahi anak istri.
Keempat, dia merasa jadi beban keluarga. Biaya dokter, obat yang gak sedikit, belum lagi fungsi sebagai kepala keluarga (pasien gue tadi laki-laki) yang berkurang karena sakit ini.
Kelima, dia takut mati.

Nah, kompleks kan? Jadi kita jangan buru-buru tersinggung dengan nada bicara si pasien.

Kata mama gue "pasien itu gak peduli gimana caranya, asal dia sembuh. Gak peduli kalo kita harus jungkir balik memikirkan terapi yang pas, asal dia sembuh"

Berdasarkan pengalaman gue sebelumnya menghadapi pasien inkooperatif dan defensif gini, (ohya, duluuu waktu awal-awal jadi dokter, kalo ada pasien dengan nada suara tinggi dan defensif, gue usir keluar. Jangan ditiru ya) kita TIDAK BOLEH ikut defensif.

Kalo dia bersuara keras, kita balas dengan suara yang lebih pelan tapi tetap jelas.
Kalo dia bilang, "saya udah tau semua yg dokter bilang itu (sok tau)", kita IYAKAN saja, bilang "bagus kalo Bapak/Ibu mau peduli dengan penyakitnya, tapi pengetahuan yg sekarang..bla bla bla" bisa kita lanjutkan edukasi. Jangan langsung dipatahkan pendapatnya.
Kalo dia bilang "obat dari dokter gak bagus, saya gak sembuh", jangan langsung ngamuk dan kecil hati. Tanyakan apakah cara minum obat sudah benar? Apakah ada makan makanan yang menghambat penyerapan obat? Apakah dosis yang diminum sesuai aturan? Bisa saja sih, cara makan obat pasien yang kurang benar. Kalo ketemu yg kayak gini, JANGAN langsung menyalahkan pasien, tapi bilang "cara minum obat bapak itu kurang efektif, aturannya itu diminum sebelum makan pak". Pasti dia malu sendiri udah menuduh kita yang bukan-bukan.

Karena gue kerja di puskesmas, obat-obat yang dipake biasa-biasa aja, tapi sembuh loh. Yang gue tau, kalo kita yakin ama dokter yang menangani, percaya dengan terapi yang diberi dan patuh minum obat, pasti sembuh deh.

Kayak pasien tadi yang menginspirasi gue buat tulisan ini, dia yang awalnya defensif, gak percaya ama apa yang gue bilang, bilang obat gak manjur, dan menolak diperiksa darah, jadi berbalik 180derajat loh.
Ya gitu tadi caranya, gunakan tone suara yang pelan, jelas, tidak menghakimi. Gue bilang bahwa sakit ini memang tidak bisa hilang tapi bisa dikontrol. Kita yang pegang kendali. Gue kasih edukasi makanan apa yang boleh apa yang enggak. (Ternyata selama ini dia takut makan, jadinya kurus dan lemas). Gue ikut membersihkan lukanya. Semua itu tujuannya hanya satu : biar pasien percaya dengan terapi yang kita berikan. Kalo udah percaya, insyaAllah akan sembuh.

Okelah, ini semua emang kayaknya bahasa tingkat dewa ya. Tapi gak mesti jadi dewa-dewa kok untuk mempraktekkannya. Latihan tiap hari. Ramahlah pada pasien. Jangan kita juga bersikap defensif, menyalahkan pasien. Dia udah sakit, kita jutekin lagi.
Jangan ya.


-Ika Fairuza-

Wednesday, August 24, 2011

Inspirational Song by Maher Zain




Few days ago i heard this song from on radio, and suddenly his soft voice and the lyric strikes me.


The lyric goes like this :

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way


Everytime you commit one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame

Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way

Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray

OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insyaallah x3
Insya Allah we’ll find the way


*heart warming*

Friday, August 19, 2011

Tahajjud Cinta, eps.7

KYAA!! SWEET!! ♥ ♥ ♥
*reaksi saat scene Solahuddin datang jumpain Seri sambil malu-malu*


WHAT?! *#%€£=@!!!€
*reaksi saat liat scene terakhir, Ustads Sauki mau memperistri Seri jd istri ke-5*

Can't wait for the next episode!!!

-Ika Fairuza-

Tuesday, August 16, 2011

Hey, I'm Moving On.


*postingan lama dari tumblr*

*berdehem*

Hari ini pesta nikah Suri. Seperti yang udah aku rencanain 1 bulan lalu, aku baru akan datang ke pesta dia, kalo temenku yg hamil itu udah pulang.

….

Call me a bitch, tapi emang aku malu en takut kalo ketemu si temen yang baru nikah 6 bulan dan udah hamil 5 bulan, yang artinya langsung hamil gitu dia nikah. *lucky, huh?*

But something happened this morning. Saat selesai mandi pagi, aku seperti biasa kacaan dulu. Trus entah darimana pikiran untuk ‘berani datang ke pesta Suri, tanpa takut disindir kenapa belum hamil’ ini tiba-tiba pop out di kepala.

Seperti tersadarkan. Bahwa semua orang punya rezeki masing-masing. Ada yang udah 28th belum nikah, dan gak punya pacar. Ada yang udah 5 tahun nikah belum punya anak.

Mungkin Allah punya rencana lain. Kami bisa jalan-jalan dulu, kami bisa menabung dulu, kami bisa memikirkan matang-matang kalo nanti punya anak mau diajarkan apa, kami diberi waktu oleh Allah, bersiap-siap.

So, long story short, malam ini aku datang ke pesta Suri, tanpa harus menunggu si temen yang hamil ini pulang. Aku beranikan diri. Then suddenly, pas aku noleh ke belakang, aku ngeliat si temen. Dia dadah-dadahin, aku balas. Awalnya, dada ini sakit pas liat perutnya yang udah semakin besar. Aku komat-kamit berdoa supaya dia gak nyamperin. *but my prayer was failed* Dia nyamperin.

Then I looked around. Banyak yang bawa anak. Mreka mukanya udah tua-tua.

Dan aku tersadar lagi. Aku dan Eja masih muda banget. Kami masih 25thn, perjalanan masih panjang. Kenapa harus menghabiskan waktu menyesali diri? Kenapa harus stres karena belum hamil? Umur 25thn, masih banyak yang bisa dikejar, mimpi-mimpi masih bisa diwujudkan. Mungkin 2nd honeymoon to NZ? Well, that’s still possible as long as we haven’t had kids yet. *yayyy!!*

Aku pun memberanikan diri menegur si temen. Agak canggung, tapi aku bakal usahain supaya turut berbahagia untuk dia. Bahagia karena dia diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjadi ibu, bahagia karena dia sudah siap lahir batin fisik mental jadi seorang ibu. *which is in my case, I’m still not sure*

We’re happy. Our family that’s *for now* only consist of me and Eja is sooo happy. Dan minggu depan kami mau ke Singapore lagi. Semoga film Transformer 3 udah tayang. See, banyak hal yang masih bisa dicapai selagi masih muda. Okelah punya anak itu salah satu tujuan berumah tangga, tapi world isn’t end if u haven’t have one. The world is still spinning around, sun will rise on East and set on West, everything is just normal.

Untuk move on, kita harus mengenali dan menerima bahwa semua ini *tentang lahir, jodoh, rezeki, dan mati* di luar dari kuasa kita sebagai manusia. So, kita gak bakal capek-capek menghukum diri sendiri dengan ‘cap gagal’. Bukan gagal, tapi belum diberi kepercayaan.

Tonite, I’m so proud of myself. I can hug my pregnant friend, I’m smiling to everyone I know, I’m enjoying the party. Betapa ruginya kalo aku masih terkungkung ama pikiran stres seperti kemaren-kemaren.

Orang-orang nyuruh aku sabar karena belum hamil. But I have my own formula. Berdoa. Berusaha. And let God does the rest.

Saturday, August 13, 2011

Review : Drama Tahajjud Cinta

"aku mahu menjadi pejuang
yang menjunjung tinggi kemanusiaan
dan penghormatan yang suri kepada agamaku"

Awalnya kenapa bisa nonton drama seri ini, karena secara kebetulan sekitar 1 bulan lalu frustasi karena siaran TV jam 8 isinya sinetron yang gak mendidik. Iseng merubah channel ke TV3 dan secara kebetulan drama seri ini yang muncul. Yang bikin kami langsung suka ama Tahajjud Cinta karena ost.nya lagu Chrisye : Merpati Putih. Woaaa!! Jarang-jarang sinetron pake lagu Chrisye, padahal lagunya bagusss banget.

Drama seri ini memang beda dari sinetron lain yang banyak kekerasan, perebutan harta, tertukar antara siapa anak siapa, dan konflik menantu mertua. (yeah, right, ring a bell?)

Okay here we go.

Drama seri bertajuk Tahajjud Cinta ini adalah karya Eirma Fatimah ditayangkan di TV3, setiap hari Jumat, pukul 9 malam waktu Malaysia (atau pukul 8 malam WIB). Eirma Fatimah juga merupakan salah satu pemeran utama di sini. Untuk ide ceritanya, saya ancungin 4 jempol (2 jempol dari saya, 2 lagi dari my hubby @faisyalreza ;) )

Cerita berawal dari Citra Meisarah (Nur Fazura) berbohong kepada orang tuanya bahwa ia masih kuliah di London, jurusan design. Padahal kenyataannya dia transfer ke Al-Azhar, Kairo, jurusan ilmu syariah (jauh kan??). Selama bertahun-tahun dia bohong ke orangtuanya (yang memang tajir melipir) hingga sampai saat Citra selesai kuliah dan harus pulang ke Kuala Lumpur. Selain berbohong tentang jurusannya, ia juga tidak terus terang bahwa sekarang ia bercadar, pakai gamis, dan tidak boleh bersentuhan dengan pria bukan muhrim. Citra mau gak mau harus pulang dan menjelaskan sebenarnya ke orangtuanya.

Selain Citra, tokoh lain dalam drama seri ini adalah Seri (Fouziah Gous). Seri anak desa yang juga kuliah di Kairo, tinggal satu rumah dengan Citra. Di Kairo, Seri juga dekat dengan pria teman kuliahnya Azihan (Shah Jazle). Namun, karena Seri pakai cadar, Azihan gak pernah liat wajah Seri itu seperti apa. Dan suatu hari di Jordania (syuting beneran di Petra, Jordan, and i was like, wowww!!), Azihan buka cadar Seri demi bisa liat muka Seri itu seperti apa. Yap, seperti yang sudah kalian tebak, Seri marah, dan menjauhi Azihan. Azihan ngejar Seri, and boom! He got hit badly by a car, and died immediately.

Ini masih di episode 1 loh, konflik udah sebanyak ini, dan masih kagum karena mereka syuting di Jordania betulan. Masih ingat banget ama kata-kata Citra waktu Seri meratap nangis karena gak bisa bawa jenazah Azihan pulang ke Malaysia ( gak punya biaya gitu) : “Astaghfirullah Seri, ini bukan Azihan, ini hanya mayatnya saja!” I was Gasp!! Di sini jelas digambarkan karakter Citra sebagai wanita muslim moderate, yg independen. Dan Seri sebagai wanita yang lemah, dan penurut.

Sekarang masuk ke tokoh selanjutnya. Tokoh yang satu ini paling esensial kalo menurut saya sih, sekaligus paling kontroversial. Kita mulai.

Di Trenggano, desa tempat Seri tinggal, ada seorang tokoh agama yang sangat disegani oleh masyarakat. Selain karena tinggi ilmu agamanya, Ustadz Sauki ini disegani karena beristri 4 (kebayang kan sekontroversial apa kalo ditayangin di Indonesia). Kesemua istrinya pintar, dan dia terkenal bisa berlaku adil. Selama Seri kuliah di Kairo, Ustadz Sauki yang bantu membiayai, so pasti bapaknya Seri sangat memuja dan cenderung fanatik ama Ustadz.

Pemeran Ustadz Sauki saya akuin sangat watak. Dialog panjang 1 kali take, dengan bahasa bergantian dari Arab (yang biasanya berupa ayat Alqur’an lengkap dengan nama surat dan ayatnya) ke bahasa Melayu. Jago.

Konflik lain juga dialami oleh keempat istri ustadz. Cemburu, saling sindir siapa yang paling disayang Ustadz, sampai siapa yang ternyata lebih lama 1 hari bersama Ustadz. Biasanya Ustadz Sauki bergiliran akan datang ke rumah 4 istrinya (Hamani, Qadirah, Syarifah, dan Humairah) setiap malam. Dengan pulangnya Seri ke Trenggano (dan langsung dipaksa bapakmya untuk kerja di Pondok Pesantren Ast-Taqwa milik Ustadz), istri kedua merasa terancam, takut ada diantara mereka yang diceraikan, sehingga Ustadz bisa menikah dengan Seri. Padahal istri pertama ustadz sudah berencana menjodohkan Solahuddin (anaknya) dengan Seri.

Lanjutan cerita berikut ini mungkin akan terasa tidak masuk akal. Apalagi bagi mereka yang tidak berpihak pada paham “berdua di tempat terbuka sekalipun dengan bukan muhrim adalah haram”. Tapi, memang konflik seperti inilah yang diusung.

Wednesday, August 10, 2011

Short story : humans are inferior

Today, I got my period, again after yesterday there was no blood spotting after all. See, we, human, are very inferior. We even can't control our own hormones. We even can't control our period come in time.

-Ika Fairuza-