Monday, March 24, 2014

Walaupun RSIA, Belum Tentu Pro ASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012
TENTANG

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF 

 Informasi dan Edukasi

Pasal 13

  1. (1)  Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota Keluarga dari Bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai. 

    Silahkan google lah, banyak kok yang nampilin PP ini.

    -------------------------------------------------

    Oke, aku akan mulai dengan narik nafas dulu. Hhhh..

    Hari Minggu, aku datang ke Medan, dengan dua agenda. Yang satu, mau mendampingi suami yang akan ujian masuk PPDS. Kedua, dengan niat yang tulus dan semangat '45 mau jadi Konselor Laktasi buat adik ipar yang baru lahiran. Misi pertama, mulus, tidak ada halangan. 

    Misi kedua, yang tadinya aku hero, dijatuhkan sejatuh-jatuhnya jadi zero. 

    :(

    Minggu malam aku sampai di RSIA ini, terkenal sekota Medan, terkenal seAsia Tenggara sebagai pusat bayi tabung dengan banyak sekali cerita berhasil. Tentu, mendengar namanya yang RSIA, ibu dan anak, aku sangat yakin mereka akan Pro ASI Ekslusif. Iya lah, namanya aja RS ibu dan anak, pastilah pro dengan yang terbaik kan.

    Ternyata?

    Nol besar.

    Dari siang sebelum adik ipar di SC, aku udah dapat kabar kalo di RS ini ada peraturan, kalau mau ASI Ekslusif dan IMD harus dibilang dulu, dicatat di status, dan ditulis di papan box bayi. Tunggu, berarti mereka gak mewajibkan IMD dan ASI Ekslusif kah?

    Di sini suami udah bilang, kebijakan RS yang aneh. Bukankah IMD dan ASI Ekslusif itu wajib? (liat lagi PP di atas secara lengkap) Kok di sini berupa pilihan? Liat pasal 13 ini deh, di sini tertulis kan, seluruh petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan (termasuk RSIA yang hebat ini) untuk memberi edukasi bahwa IMD dan ASI Ekslusif itu wajib. Ini kok malah ngasih pilihan, hey Bu, mau ASI? Ya lu harus bikin dulu di sini kalo lu mau ngasih ASI.  

    Setelah bayi lahir, dirawat gabung ama ibu (kalo gak ASI, bayi langsung masuk ruang bayi, zing!), tapi menurut cerita suami, gak ada bidan/dokter/perawat yang ngajarin tentang menyusui ini. Lagi-lagi liat pasal 13 di atas. Salah kan mereka.

    Well, jam 9 malam aku sampe, masuk ruangan liat mbak perawat bawa sufor. Iya, gak salah baca, sufor! Ternyata, menurut cerita kakak ipar, pihak RS menawarkan Sufor ke keluarga, dengan alasan bayi mulai dingin. Oh astaga, gigit saya, di zaman yang serba akses begini kok masih mencoba kibulin pasien sih? Tapi ibunya masih bertahan dengan bilang mau ASI Ekslusif. Aku datang, langsung ajarin tentang menyusui. Bayi menyusu, keluarga tenang, semua lega, dan aku jadi pahlawan.

    Yakin?

    Masalah selesai??

    Misi berhasil???

    Ternyata TIDAK. 

    Besoknya, mama mertua pulang dari RS, aku tanya, masih menyusukah si kecil? Mama bilang, masih, tapi ASInya sedikit. Aku mulai cemas. Begini ini yang paling bisa bikin ibu baru merasa tidak percaya diri, ASI macet, karena percaya bahwa ASInya sedikit. Akibat siapa? Akibat minim support.

    Segera kami siap-siap ke RS, perasaan aku mulai gak enak, takut kalo adik ipar menyerah dan tunduk dengan kuasa sufor. Meh!

    Masuk ruang rawat, aku lemas. Jantung berdegup kencang sekali. 

    Mana si kecil?

    Lagi di ruang anak, dikasih susu.

    Ya Allah, maafkan dia yang sudah merampas hak anaknya untuk dapat kasih sayang. 

    Begitulah, dimulai perdebatan panjang antara aku, mama mertua, dan si adik ipar. 

    Yang kalah?

    Ya aku. Orang asing yang dianggap sok tau. 

    Sampai mulut berbusa pun, kalau si ibu sudah menyerah, gak tahan sakit saat menyusui, gak tahan kalau gak tidur malam karena bayi rewel, gak dapat dukungan dari orang terdekatnya, proses menyusui ini akan GaGaL. GAGAL..

    Kebayang gak, si kecil di ruang bayi, nangis, pengen dekat mamanya dan dipeluk mamanya, malah dicucukin puting keras, ditepok pantatnya sambil disuruh diam ama perawat di sana?

    Kebayang gak, dia padahal masih ingin mengenyot, tapi puting palsu alias dodot ini sudah diambil karena habis waktu menyusui?

    Kebayang gak, udah capek-capek hamil besar, tapi urusan ngasih makan anak (menyusui) malah diurus orang asing?

    Astaghfirullah..

    Yang salah?

    Kita, orang tua, yang tidak melengkapi diri dengan informasi apa yang terbaik buat anak.

    Kita, orang tua, yang tidak mau berkorban sedikiiiit jam tidur dan kesakitan, demi bayi yang sudah dipercayakan ke kita.

    Dan masih banyak segudang alasan kenapa kita sebagai orang tua salah bila gagal menyusui.

    Pihak RS juga salah, tidak memberikan informasi yang benar, menawarkan sufor, membuat ibu jadi was was, dan yang pasti RSIA ini sudah melanggar PP 33/2012 ini. 

    -----------------------------------------------

    Mungkin excuse orang tua yang tidak memberi ASI ekslusif akan seperti ini,

    Biarlah kali ini gagal, anak kedua kan masih ada kesempatan memperbaiki.

    Doa saja Allah kasih kamu kepercayaan lagi. Wong dikasih satu aja kamu sia-siain.


Thursday, March 20, 2014

Sekolah Lagi?



Inilah akibat dari sering browsing malam-malam karena gak bisa tidur lagi habis nyusuin Agi. I'm ended up in this *Milis Beasiswa* site.

Sekolah lagi?

Tambahkan kata "Emang pengen" sebelum 2 kata sakti di atas. Jawabannya, yap, iya, pengen. Ilmu itu bikin nagih. Itulah kenapa aku suka kerja di Puskesmas (for now) karena bakalan update terus ilmunya. Sering ikut pelatihan dan belajar ilmu lain selain ngobatin pasien.

Oke, kalo mau sekolah lagi, mau sekolah apa?

NAH!

Inilah yang masih bingung. Sebenarnya mudah kalo kita sudah tau mau kita apa, bayangan diri kita bakalan jadi apa dalam 20-25 tahun ke depan, dan sebab mau sekolah lagi ini karena pengen ilmu kah, pengen terbebas dari kewajiban kerja kah, pengen kaya kah, atau pengen jalan-jalan ke luar negeri?

Kita liat ya. Sejak di puskesmas, belajar ilmu konseling, dan jadi konselor laktasi, aku jadi sukaaa sekali membuat orang lain mengerti dan mempengaruhi mereka (dalam arti baik ya) untuk bisa menyusui bayinya ekslusif. Rasanya senang sekali. mata berbinar-binar. Mulut tersenyum lebar. Jadi aku memang mau mendalami tentang dunia ASI ini. Tapi mendalami apanya? Kalo mau terus membantu ibu-ibu biar bisa menyusui, bisa tetap jadi dokter umum, bisa juga jadi dokter anak.
Tapi menjadi dokter anak, belum tentu mudah, dan jangan dikira hanya ngurusin ibu-ibu yang kesulitan menyusui saja. Aku juga harus rela membagi waktu antara keluarga dan pasien. Which is, i'm not willing to...yet. Agi masih kecil, dan kalo papapnya sibuk, mamanya ikutan sibuk, apa gak malah dosa terkesan mengabaikan hak anak? Oh, Big No Way!

Kita liat lagi minat aku dimana. Aku pengen kuliah di luar negeri. Biar wawasan luas. Bisa ajak Agi juga. Tapi ya terkendala di biaya. Sebenarnya kalo niat kita kuat, pastiii aja ada jalan. oke deh, untuk yang satu ini niat juga belum kuat. Emang targetnya aku mulai mikirin sekolah dan karier ke depannya setelah Agi umur 3 tahun, sekitar 19 bulan lagi (hahaha, bentar lagi!). Prioritas sekarang, ya ke Agi dulu. Kemaren sempet liat tentang jurusan Informatika Kesehatan. Menarik sekali. Tapi yang cocok beginian ya si papap, tukang otak atik software. Liat juga jurusan Public Health, bagus, menarik, aku sudah kebayang sedikit-sedikit aplikasinya gimana, tapi belum bisa dan belum mau fokus mikirkan itu.

Anyway, sekarang ini aku punya waktu sekitar 19 bulan untuk nentuin, mau kuliah apa, dimana, dan gimana pembiayaannya. Yang penting, niat sekolah dan mencari ilmu lagi ini jangan sampai padam, mimpi jangan sampai malas, cita-cita jangan sampai terpendam.

Be a good dreamer.
Be a good prayer.