Friday, April 29, 2016

Baby Blues Syndrome is Real

Sekitar 50-85% ibu yang baru lahiran akan menderita Baby Blues Syndrome (BBS) ini. Ini pintu masuk post partum depression, yang lagi ramai dibicarakan sekarang ya. Jacky O pernah sampai harus dijauhkan dari bayinya, Britney Spears sampai ngebotakin kepalanya, dan ada ibu yang loncat dari lantai 10 karena depresi pasca salin ini. Serem yak. Iya, memang serem. 

Dulu pernah ngalamin BBS sekitar semingguan sehabis lahirin Agi. Kurang tidur, kesakitan, susah makan (karena harus makan daun katuk yang euhhh..), puting lecet, Agi nyusu gak berenti-berenti, stagen ketat banget, bau jamu, suami dinas malam terus, Agi yang ternyata jaundice sehingga harus dirawat, dan udah H-1 acara aqiqah Agi. Aaak! Udahlah punya anak susah dan lama, lahiran juga sakit, anaknya malah harus dirawat, rumah yang udah 9 bulan ditinggal juga belum disiap-siapkan buat acara aqiqah. So many things going on. Jadilah tiap malam nangiiiiiis aja, gak sesuai harapan, gak sesuai bayangan, dan punya anak ternyata gak seindah impian. Belum lagi sodara yang datang pada bilang ASI aku gak ada karena puting kecil dan payudara lembek banget. Makin kecil hati ini. Makin nambah parah si BBS ini. 😪

Tapiiiii.. hari ke hari, makin enjoy kok jadi ibu. Nangis malam udah kurang, ditambah lagi banyak support dari para konselor AIMI yang waktu itu buanyaaaak banget kasih ilmu tentang laktasi. Karena walopun dokter, ilmu laktasi aku cuma sebatas fisiologi dan anatomi payudara aja ternyata. Tapi gimana posisi, perlekatan, tanda kecukupan asi, dll itu nol besar. *ngaku* Pas Agi umur 2 minggu, barulah aku rasanya bahagia banget punya anak, apalagi kalo liat Agi pulas sehabis menyusu. Mission accomplished rasanya. 👊🏼

Well, mungkin yang bikin aku gak sampai ke depresi adalah sifat keras kepala ini. Menyusui, harus bisa. Nenangin anak rewel, harus bisa. Tahan puting lecet sambil nyusuin, harus bisa. Tahan ngantuk sambil ganti popok, harus kuat. Suami tidur pas aku malam-malam menyusui, harus dibangunin. Hihihi. Walopun paginya pak suami jadi zombie pas kerja ✌

Semua kembali lagi ke diri kita, menerima bahwa hari-hari gak akan sama lagi setelah jadi ibu. Bahwa keringat dan air mata adalah bentuk jihad, dan Allah sudah percaya kepada kita sebagai ibu dengan menitipkan anak ini, maka tinggal kita yang menjaga kepercayaan itu sebaik-baiknya. 

Buat para ibu yang baru lahiran, percayalah bahwa segala keruwetan yang ada ini hanya di awal. Setelah kita bisa menerima semuanya, menerima bahwa hari-hari nongkrong, nonton, main sosmed seharian, sudah saatnya berganti dengan menyusui yang bisa sepanjang hari, kurang tidur, bau pipis, kena' pup bayi, dan malam-malam dilewatin dengan gendongin bayi kita hingga tenang. Yakinlah bahwa gak ada yang lebih buat kita bahagia selain melihat tawa ceria anak kita. 

Bagi bayi kita, kitalah dunianya. Kita suram, ya suramlah dunianya. Kita bahagia, ya bahagia juga dunianya. Yang kuat ya, jadi ibu itu harus setrooong. Ini ada makhluk kecil yang butuh dan tergantung banget ama kita. Bismillah yuk. Allah gak akan kasih cobaan melebihi kuasa kita. So, kurangi mengeluh, perbanyak bersyukur. Bisa kan yaaa.. 

*nb: selama jadi konselor menyusui, seriiiiiing banget dapat curhatan para ibu yang ngaku depresi, bukan hanya soal susah menyusui, tapi juga soal mertua, ibu, suami, kerjaan, gak bisa milih, dll. So, it's real dan gak bisa dianggap sepele, karena buaaanyaaak yang mengalami BBS ini. Perlu kayaknya belajar lagi tentang ini, tapi hahaha, gak siap-siaplah sekolahnya ✌🏽️✌🏽*