Still thinking this is so unfair.
But..ah.
Oh please, get out u, negativity!
Still thinking this is so unfair.
But..ah.
Oh please, get out u, negativity!
Anyway, I'm not gonna talk about how laparoscopic procedure being done, or what medicine should we take before doing so, u just can simply google it. But, I'll tell u about laparoscopy by my point of view as a patient.
Setelah 1 minggu sebelumnya aku kesakitan sampai menggigil pas haid, akhirnya Kamis, 27 Okt, aku periksa lagi ke papa. Rencana papa buat laparotomi ternyata gak jadi, karena ngeliat ukuran kista yang kecil. Gak sebanding ama resikonya. Akhirnya papa hubungin temennya di Medan, dr. Ichwanul Adenin, SpOG, dan direncanakan untuk laparoskopi terapeutik di hari Sabtu di RS Stella Maris.
Sabtu, tanggal 29 Oktober 2011 ( 2 hari lalu), aku dilaparoskopi dengan diagnosis kista endometriosis 2cm, dengan sangkaan perlengketan tuba falopii. Operasi jam 1 siang. Dari jam 7 pagi aku udah puasa gak makan apa-apa lagi. Stres cuma sedikit, tapi segera hilang karena aku percaya aku bisa sembuh. Jam 12lewat aku diantar ke ruang operasi. Sampai di ruang operasi, aku dipasang alat-alat yang terhubung ke monitor. Sialnya karena aku gak bawa kacamata (emang gak boleh juga), aku gak bisa ngeliat monitor. That room, was the coldest room ever, it's beyond freezing. Kuku jadi biru, aku jadi ngeri. Aku minta ama perawat di sana kain untuk nutupin tangan en jari-jari aku.
Dokter anastesi datang, beliau ngajak aku ngobrol, orangnya baik banget, tapi aku gak kenal. Belakangan aku tau kalo namanya dr.Samsul, SpAn. Duh, gak sempet bilang makasih. Awalnya aku mau anastesi GA (general anasthesia/bius total) aja, karena takut sakit kalo di Spinal. Tapi dia berhasil yakinin aku buat Spinal aja. Akhirnya aku nurut, walopun stres karena udah kebayang bakal sakit banget. Ternyata ENGGAK SAKIT loh! Hebat! Aku langsung lega bangeet. Kaki mulai hangat, kebas, dan mati rasa. Kaki jadi gak bisa diangkat, dan aku sempet ngeri. Separoh badan jadinya mati rasa. Aku sempet terasa waktu mereka tarok alat-alat di badan, en waktu mereka ngarahkan kaki aku biar terbuka bener. Setelah itu..aku gak ingat apa-apa lagi.
Pas bangun, yang aku rasa cuma kesakitan banget di perut. Aku raba perut ada 4 plester di tempat berbeda. Aku inget yang pertama kali aku bilang ke perawat yang ada di sana itu "aduh sakit kali, mana analgetiknya?". Hahaha. Memang nyeri itu bisa bikin kita bangun ya. Setelah aku sadar gitu, langsung perawat lain bawa aku keluar ruangan, en disambut ama perawat dari ruang rawatan. Di luar udah ada Eja, mama, en yang lain nungguin aku. Tapi yang aku bilang cuma.."aduh,,sakit kali ini, Ika mau analgetiknya". Trus, aku coba ngumpulin sisa-sisa kesadaran, dan tetep nanyain mana ini penghilang nyerinya. Rasanya sangat sesak, karena memang laparoskopi itu akan memasukkan udara ke perut kita, untuk memperluas lapangan pandang operasi. Jadi sebagian udara masih ada di perut rasanya. Setiap gerak, perut seperti ketarik, dan itu sakiiiit banget.
Malamnya aku belum bisa kencing, akhirnya dipake kateter lepas. 4jam kemudian baru bisa pipis sendiri, tapi nyeri. Dari malam sampai pagi, aku pipis per 2jam. Kasian Eja harus dibangunin trus karena mesti ngantarin aku ke kamar mandi sambil pegang infus. Setiap pipis pasti nyeri. Pasti aku kena' ISK (Infeksi Saluran Kemih) nih. Bener aja, besoknya aku demam tinggi.
Oke, jadi penyakitnya hilang, kesakitannya datang. Nyeri post OP ini emang sakit banget. Mirip ama nyeri waktu dulu aku habis operasi usus buntu, tapi kali ini dengan 4 luka di 4 tempat berbeda.
Apapun itu, aku bersyukur karena kista berhasil diangkat, en tuba aku udah gak ada perlengketan lagi. Coba kalo kemaren haid gak nyeri banget, pasti aku gak bakal peduliin. Dan bisa aja ini penyakit makin luas dan parah. Kata dokternya, aku bisa hamil spontan / alamiah kok, karena tubanya udah bagus sekarang, kistanya udah gak ada lagi. Semoga iya, amiiiin.
*notes
•RS Stella Maris adalah RS pertama di Medan yang ada IVF (bayi tabung) programnya. RS ini khusus untuk ibu&anak, dan kalo mau melahirkan di sini harus pesan 1 bulan sebelumnya. Pelayanannya bagus. Perawatnya juga ramah dan cantik-cantik. Yang melahirkan di sana banyak. Selama aku di sana aja, udah ada sekitar 20 bayi yang seliweran dibawa ke tempat ibunya dirawat. So, bayangin aja gimana perasaan aku pas pulang RS, tapi gak bawa bayi. Yang liat juga pada heran. Karena pasien lain pulang sambil gendong bayinya.
•Biaya laparoskopi itu mahal. Dan aku diuntungkan karena aku dokter, dan yang ngoperasi juga temen papa, akhirnya biaya dokter gratis. Tapi biaya laparoskopinya enggak sih.. RS ini emang mahal. Sebagai ilustrasi, untuk SC aja, dengan kamar VIP, bisa total 20juta. Apalagi ini laparoskopi. Berbahagialah mereka yang gak harus sakit.
• Selama aku terbaring kesakitan gini, sampai sekarang, yang kebayang ama aku adalah wajah teman-teman lain yang bisa hamil dengan gampangnya. Bahkan ada yang keguguran, trus segera hamil lagi. Aku langsung sakit hati. Mereka nasibnya bagus, gak sakit, en gak kesakitan kayak aku. Dan di ujung dari sakit hati itu, tersisa pertanyaan "kenapa aku, ya Tuhan?" Tapi ada yang bilang bahwa sakit itu adalah ujian, juga ada yang bilang sakit itu adalah anugerah, biar kita bisa selalu bersyukur. Aku sangat bersyukur keluarga aku baik, mertua baik, sangat suportif, sangat peduli, dan gak nyalahin aku yang punya penyakit gini. Belum tentu juga mereka yang punya anak itu juga dikasih keluarga en mertua yang baik banget gini..
• Semoga masa penyembuhan ini bisa cepet. Biar aku bisa aktivitas kayak biasa lagi. Sekarang jalan masih susah, tidur gak nyenyak karena takut digerakin jadi sakit, makan juga belum selera. Semoga bisa cepet sembuh. Semangat, Ika!
Tapi Alhamdulillah kistanya bisa diangkat semua. Semoga penyembuhannya cepet ya. Gak tahan banget perut kembung en luka masih nyeri gini.
Semoga habis ini aku sembuh total. En bisa segera hamil.
Amiiin..
Pertama kali tau tentang UP dari blog dianarikasari. Jadi sepatu ini emang hasil kreativitas mbak Diana dan tim, dan 100% made in Indonesia. Jadi pengen punya. Akhirnya beli satu, beli satu lagi, dan beli beli lagi. Yuk liat.
Stella Black. Ini sepatu UP pertama yang aku punya. Waktu itu pesan no.39, tapi kebesaran. Hehehe.. Pas make sepatu ini, temen-temen kantor pada muji karena sepatunya gak pasaran. Gak ada di mall. Yes! Seneng!
ps. Stella cocok untuk yang kakinya melebar ke samping, tapi gak gendut. Tingginya 9cm, tapi gak bikin capek jalan. Oya, 1 bulan setelah make Stella yang ini, tiba-tiba tapaknya rusak. Langsung diganti ama UP lagi loh, dengan ukuran yang sama. Double happiness!
*me wearing Stella Black from UP*
*my 2nd Stella Black. Yang pertama rusak, dan langsung diganti ama UP. Yayyy!*
Nina Denim. Sepatu UP kedua. Pengen sepatu yang bisa dipake kerja, jadilah beli Nina Denim karena ada coklatnya, sesuai ama PDH yang coklat juga. Waah, pas make ini ke kantor, juga dipuji. Hahaha! tambah pede jaya pokoknya.
ps. Nina Denim pas buat dipake ke kantor. Tidak terlalu terbuka, dan enteng.
*me and Nina Denim. Pas banget kalo pake jeans biru. TOP!*
*me wearing Nina Denim. Cocok juga untuk sore santai dengan baju terusan floral kayak gini*
Stella Beige. Setelah sebelumnya Stella hanya ada 3 warna, item, coklat dan merah, akhirnya muncul beberapa Stella warna baru, salah satunya Beige. Sangat tergiur! hahaha.. Akhirnya beli, ukuran 38 donk (gak salah lagi), dan voila, cantik di kaki!
ps. Stella Beige bagusnya dipadukan ama tas warna serupa. Untungnya beberapa hari setelah punya Stella beige, aku dapat hadiah dari mahasiswa bimbingan. Tebak apa? Yup, tas cantik warna beige juga. Asiiik!
Tree Brown. Ini produk baru UP, dan aku memang pengen warna coklat lagi biar bisa dipake kerja. Agak susah pas dipake karena tali depannya hanya 1, tapi ternyata bagus kalo udah diliat dari jauh. Banyak juga temen kantor yang nanya, ini beli dimana. Walopun mereka pasti tau, sama kayak sepatu aku yang lain, ini beli di UP. Woh!
ps. Tree Brown gak cocok buat mereka yang kakinya lebar. Tapi ah, kalo emang suka modelnya, cuek ajalah. Sepatu UP pasti bagus en nyaman di kaki kok. ;))
* me wearing Tree Brown. Cocok kalo mau terlihat feminin, karena kaki jadi terekspos.*
* ternyata Tree Brown juga bagus kalo dipaduin ama jeans. Baju yang cerah en rame jadi dinetralkan ama warna Tree Brown yang calming. cantik!*
Sekarang lagi nunggu Pandora Sailor datang nih. 14 hari lagi yaaaa.. Can't wait! :))))
Yeah, I admit, I try to fight God all these times. I ask God why, think this is unfair, and I don't deserve this. But, in the end, I have to ask myself, Who Am I? And the answer is so obvious, I'm just an ordinary human being. I can't create my own destiny without God's will.
Pasrah dan tidak lagi melawan. Maybe that's what I need right now.
Dan aku akan otomatis balas, "tapi kapan?" -dalam hati.
Sampai kami gak sanggup berusaha lagi.
I will revise my wish. I don't need cutest child. I only need a child, a healthy one, I don't care whether it's a boy or a girl, as long as he/she comes from my womb.
For now God, I only wanna feel like a normal woman. Getting pregnant.
Please God.
Please.
"I'm fine. Thanks."
*jeda* "Well, tomorrow is your big day."
"Iya"
*hening* "Semoga dia bisa menyiapkan kopi kesukaanmu yang tidak terlalu manis. Semoga dia tidak lupa melipat selimut sebelum tidur, dengan lipatan ke arah luar. Semoga dia sabar menghadapi sifat bawel kamu tentang kerapian. Semoga dia bisa membahagiakanmu."
*sigh* "Aku..aku masih berharap namamu yang ada di undangan ini, bukan namanya"
"Kamu bisa bilang itu ke anakmu kelak. Semoga dia tumbuh menjadi anak yang baik. Ajarkan dia untuk tidak menyakiti hati orang lain"
"Ini..undangan untukmu"
"Terima kasih. Selamat menempuh hidup baru"
Si wanita mengakhiri kalimatnya dengan tetesan air mata. Rambut panjangnya tergerai saat dia menunduk tidak mampu menahan tangisan. Pelan ia mengelus perutnya yang membuncit. Anak mereka.
It's ironic no.2. U have zero experience in pregnancy and delivery. But, in the next 10days u'll be a certified APN (Asuhan Persalinan Normal) doctor.
Now u imagine how does it feel.
Apa sih hadiah paling berkesan dari..
1. Dari Papa?
"Sepatu 2 pasang. Pas aku umur 6 tahun. Papa bilang aku dibeliin dua karena papa sayang aku. Ah, udah lupa sepatunya warna apa aja, yang masih inget tuh perasaan senengnya."
2. Dari Mama?
"Mmm..agak lupa-lupa ingat. Tapi kayaknya AC deh waktu aku ulang tahun ke-15. Jadinya gak panas kalo pulang sekolah. Langsung klik, jadi dingin. Walopun mama jadi tambah sering ngomel karena listrik jadi mahal. "
3. Dari Adek-adek?
"Mereka curang. Padahal bertiga, tapi kadonya selalu satu. Hahaha. Tahun ini mereka patungan beliin sepatu yang udah lama aku pengenin."
4. Dari Teman-teman?
"Tahun ini sih, mereka gak ada ngasih hadiah barang gitu. Cuma mereka doain aku, supaya cepat jadi ibu. Karena kata mereka umur 25tahun itu paling pas buat jadi ibu. Langsung aku amiiin yarabbalalamiin-kan bangeet."
5. Dari Eja?
"Paling berkesan hadiah ulang tahun yang ke-25 ini. Karena kadonya dia beli pake uang hasil kerja sendiri. Yes. Tapi sebenarnya..gak usah dikasih hadiah barang juga aku udah seneng. Selama ini dia udah jadi suami yang baik banget. Bahkan untuk pertanyaan bodoh aku semacam "kenapa bukan Ika yang hamil, kenapa orang lain?" yang bakal dia jawab dengan "Ika..rezeki orang beda-beda. Mungkin Ika dikasih rezeki di tempat lain, belum di anak". Just being that nice and loving me that much, even in my silliest moment, is just priceless.
6. Dari Diri sendiri?
"Ahahaha. Suka deh ama pertanyaan ini. Aku ngasih diri sendiri hadiah kedewasaan. Stop denial. Mulai menerima bahwa kita ini hanya manusia, harusnya pasrah, tapi terus berusaha. Bukan malah menantang Tuhan, dengan sikap marah aku selama ini.
7. Dari Tuhan?
"Ah, Tuhan sudah mengizinkan aku hidup sampai hari ini itu aja udah jadi hadiah paling berharga. Dikasih keluarga yang baik, suami yang sayang, pekerjaan yang lumayan, dan aku yang harus menoyor kepala sendiri karena malah tidak bersyukur. Tapi bukan manusia namanya kalo gak minta lebih. Tahun ini aku mau hadiahnya anak, ya Tuhan.. Boleh ya, Tuhan?"
Oke Ika. Terimakasih untuk waktunya ya. Silahkan kembali beraktivitas.
Okay, aku bukan Farah Quinn yang bisa ngasih kuliah 2 sks (1 sks tentang telur dadar, 1 sks tentang membesarkan dada) masak memasak, so let me begin this story with a day after my wedding night.
*yang ngeres udah pasang mata baik-baik nih pasti*
Kebetulan yang langka, aku nikah ama orang yang fobia/anti/enek ama telur rebus dan telur mata sapi. So, satu2nya pilihan untuk menyajikan telur buat suami tercinta adalah telur dadar. Ah, gampang kan? Kecillah, kalo cuma telur dadar aja. Masalahnya, cuma itulah masakan yang aku bisa masak menurut aturan tata laksana yang berlaku.
So, pagi hari setelah nikah, seperti biasa Eja harus sarapan jam 06.30pagi. (Biar gak kaget, sebagai ilustrasi 06.30 itu waktu aku bangun pagi). Sarapan pagi itu tebak apa. Yak, telur dadar. Aku yang buat.
Pakai telur dua. (Ya iyalah, ikaa, skip!)
Pakai daun bawang potong miring.
Pakai tomat potong dadu.
Pakai bawang merah iris bulat-bulat.
Pakai bawang putih iris tipis.
Pakai cabe merah dipotong kecil-kecil.
Pakai cabe rawit potong.
Ceeesss!!
Adonan telur dadar spesial udah dituang ke kuali. Oke, ini masalah. Kualinya belum panas, apinya aku gedein. Oh, ternyata minyaknya kebanyakan, adonan telur jadi mengambang.
Jangan menyerah, Ika.
Pinggirnya udah agak gosong, jadi aku balik telor dadarnya. Hop! Sekali balik donk, langsung bisaa *bangga*. Pinggirnya udah agak coklat, langsung aku matiin api kompor, dan angkat tuh telur dadar ke piring.
Pasti aku dipuji deh ini. Isinya banyak, macam2, wanginya udah semerbak asoi.
Eja ambil garpu, mulai motong telur. Ceesss.. Dalamnya belum mateng alias masih mentah.
*nangis*
Sejak itu aku tambah sering masak telur dadar, berkali-kali lagi kurang matang, kurang asin, kurang hambar, kurang lebar, tapi tetep Eja makan sampai habis.
Kata dia, telur dadar buatan aku juara banget. Why? Because I put love sprinkles there.
Dear Calon Anak Kami (Yang Entah Kapan)...
Bahkan sebelum surat ini siap pun, aku yakin kamu gak akan baca.
Kenapa? Yah, karena aku gak tau kapan kamu akan datang, kapan kamu akan tinggal di rahim ku, kapan kamu akan manggil kami dengan mama dan papa.
Tapi satu hal yang pasti, kapanpun Tuhan mau titipkan kamu ke kami, insyaAllah kami sudah lebih siap sekarang. Calon mama dan papamu ini sudah jarang berantem lagi, sudah lebih kompak, sudah tidak boros, dan pekerjaan juga sudah tetap. Kami mau kamu tidak kekurangan satu apapun. Kami mau memberikan kamu limpahan kasih sayang dan materi yang cukup. Biar kamu tumbuh jadi anak baik dan sehat.
Hanya buat kamu, calon anak kami yang entah kapan..
Kamu tau gak, di profesi aku, hampir tiap hari aku liat orang hamil. Ada yang baru menikah 1 bulan langsung test pack nya positif. Ya, test pack itu alat melihat hamil atau tidak. Ada juga yang sudah punya anak 4, tapi kali ini hamil lagi. Semua tampak mudah di mereka. Tiap kali melihat itu, aku sering nangis dalam hati, sambil bertanya-tanya kapan giliran aku yang test packnya positif. Apalagi kalo aku dengar berita mereka yang menggugurkan kandungannya. Sangat miris.
Kenapa gak dikasih ke aku aja, ya Tuhan? Sedih sekali rasanya.
Dear calon anak kami yang entah kapan..
Nanti, kalo aku dikasih kesempatan untuk mengandung kamu, aku janji tidak malas dengerin musik klasik, yang katanya bisa bikin kamu pinter. Aku juga janji mau makan sayur, segala macam sayur, supaya kamu sehat. Aku janji akan minum susu dan berbagai vitamin, walaupun aku sangat mual mencium aroma susu. Aku janji mengurangi waktu jalan-jalan dengan teman-temanku, dan perbanyak istirahat. Aku juga janji gak akan tidur larut, kebiasaan jelek yang bikin calon papa kamu itu marah-marah, dan harus dicium dulu pipinya biar gak marah lagi.
Sekarang ini, entah kamu denger atau gak, doain calon mamamu ini berhasil pengobatannya ya. Sudah 10 bulan kami berusaha biar kamu datang, tapi ternyata Tuhan masih minta kami sabar, dan benar-benar dalam kondisi fit sebelum punya kamu. Doain ya. Katanya doa anak untuk orang tuanya itu manjur loh.
Semoga suatu saat kamu memang datang ke kehidupan calon papa dan mamamu ini ya. Sampai saat itu tiba, kami gak akan berhenti berdoa dan melakukan segala yang perlu biar siap didatangin kamu. Cuma buat kamu, anak kami yang entah kapan..
Ya sudah, aku harus kerja lagi ya. Ini ada pasien yang nunggu buat diperiksa, dan pasti mereka heran liat mata aku yang bengkak. Oh ya, cerita ini jangan sampai dibaca calon papamu ya, pasti nanti dia nangis. Orangnya lembut hati, calon papamu itu. Gampang terharu. Tapi nanti pasti dia akan sayang sekali sama kamu, karena dia memang suka anak-anak.
Dear calon anak kami yang entah kapan..
Jangan lupa datang ya, kami masih menunggu di sini.
Ayo, nanti kami ajak kamu melihat dunia
Masih pikir-pikir. Karena sekarang sakitnya udah gak ada lagi sih. Lagian papa juga baru sembuh.
Ya Allah, semoga ini memang bisa hamil alami. Aku takut kalo mesti dilaparoskopi segala. Amiiin..
Hari ini aku bersyukur karena..
..Papa udah bisa pulang dari RS...
..Teman-teman puskesmas datang jenguk papa, bawa kue banyak...
..Tadi marahan ama Eja cuma sebentar, sekitar 5 menit...
..Bisa makan malam bareng Eja. Kirain tadi gak bakal sempat karena dia mau dinas malam...
..Perut udah gak sakit lagi sekarang.
Terimakasih ya Allah. :')