Sunday, January 28, 2018

[Review drakor] Because This Is My First Life: apa yang bisa kita pelajari



*ulasan suka-suka 👐

Dalam 3 hari terakhir berhasil menuntaskan satu drama korea berjudul This Is My First Life ini. Rekomendasi tentu saja dari uni Ria Oktorina yang selalu jitu sarannya (thanks, uni 😝)

Sebelum lanjut, mau nunjukin satu quote dari peraih Nobel di bidang ekonomi, Gary Becker, tentang pernikahan ditinjau dari segi ekonominya. Quote ini dikutip sepanjang episode drakor, jadi wajar kalo saya sangat tertarik. Tahun 1970 pendapat beliau ini bisa dibilang menggemparkan. Kenapa? Karena mendobrak pakem umum bahwa alasan menikah itu karena..cinta. (uh yeah!)

Here we go:

“According to the economic approach, a person decides to marry when the utility expected from marriage exceeds that expected from remaining single or from additional search for a more suitable mate." - Gary Becker.

Ditinjau dari segi ekonomi, seseorang akan menikah apabila mendapat keuntungan lebih besar (secara finansial) dari pernikahan tersebut, dibandingkan dengan melajang. Cinta? Ah, sebodo teuing ama cinta. Yang penting untung, gitu kira-kira kata Becker.

So. Begitulah yang terjadi pada kedua tokoh utama kita ini. Se Hee (38th) dan Ji Ho (30th) sedang berada di titik kurang menguntungkan dalam hidup masing-masing. Se Hee membeli apartemen yg harus dicicil selama 30 tahun (waks!) dan Ji Ho sebagai penyewa kamar di apartemen tersebut juga tidak punya uang untuk pindah cari apartemen baru. Se Hee perlu orang mengurus apartemennya dan kucingnya selama dia kerja, Ji Ho butuh kamar untuk tinggal. Se Hee gerah disuruh ibunya segera nikah, Ji Ho juga gerah udah umur 30 tahun tapi belum punya kerja yang settle dan masih melajang, jadi perawan tua. Keduanya berpikir bahwa dengan menikah, sama-sama dapat untung. Seperti Gary Becker bilang tadi, gak perlu cinta untuk menikah, yang penting lebih untung dibanding melajang. Buat kontrak selama dua tahun, habis itu bercerai. Akhirnya mereka nikah, resmi jadi downline-nya atuk Becker.😝😝

Selanjutnya bisa ditebak lah yaaa.. Akhirnya keduanya sadar kalo mereka terlalu menyepelekan pernikahan, dan berpindah menjadi downline-nya wong Jowo yang bilang "witing tresno jalaran soko kulino”, cinta tumbuh karena terbiasa. Se Hee yang dingin dan gak peduli mulai membuka diri, namun sayang Ji Ho udah patah semangat. Trus mereka cerai? Lanjut nikah? Atau cari upliner baru? Silahkan nonton sendiri yak. 👌

Intinya, drakor ini membuat saya merefleksi diri lagi saat awal nikah dulu, apa yang membuat saya memutuskan menikah. Benarkah seperti Becker bilang, lebih menguntungkan dibanding melajang? Dan sebaliknya jadi berfikir, apa di benak mereka yang memutuskan melajang saja? Apa karena lebih menguntungkan dibanding menikah?

Well, pada akhirnya kesimpulan saya dan Ji Ho sama, kami sependapat dengan Goethe yang dikutip di akhir drakor ini.

"Love is an ideal thing, marriage is a real thing; a confusion of the real with the ideal never goes unpunished" -Goethe. Cinta memang paling ideal, namun pernikahan itu sesuatu hal nyata. Kebingungan menentukan mana yang ideal dan nyata ini gak pernah tanpa konsekuensi.

Selamat berakhir pekan.

*nb: drakor ini mengajarkan saya tentang pernikahan lebih banyak dibanding waktu bimbingan di KUA dulu. Apa perlu direvisi bimbingan pra nikah menjadi nonton drakor saja? 😝😝😝😝