Thursday, January 27, 2011

Selebtwit? Or Acting Like One?

Selebtwit?

Cerita sedikit tentang twitter ya. Lagi pengen cerita aja karena kemaren aku di-bully di twitter oleh orang yang gak aku kenal.

Sejak tahun 2009,aku emang sign up twitter,tapi baru tahun 2010 aku pakai. Dan semua yang aku follow rata-rata artis. Makin kesini, makin lama make twitter, semakin terlihat sedikit banyak twitter mempengaruhi hidup kita.

Informasi jadi lebih dulu tau, karena ternyata media juga sering ngutip pengakuan mereka (orang terkenal/artis) di akun pribadi (twitternya).

Bahkan berita tentang sesuatu yang sedang terjadi, prediksi, keriuhan nonton bola, kecurangan Malaysia pake laser, sampai bisa bikin aku yang awam dengan sepakbola tau siapa itu Nurdin Halid, dan ikut berbicara tentang itu. Gede banget kan dampaknya..

Dari twitter juga kenal beberapa teman, yang followernya banyak, sampai ribuan. Mereka yang disebut selebtwit. Orang yang di dunia nyata adalah nobody (bukan artis), tapi di twitter kata-katanya selalu diperhitungkan. Selalu diretweet, kalo kata bahasa twitter.

Mereka yang selebtwit ini cenderung akan berubah menjadi bukan dirinya sendiri lagi sejak punya banyak follower. Mereka merasa ada ribuan orang yang menanti kata pertama mereka di pagi hari. Sehingga mereka merasa 'perlu' untuk menyampaikan semuanya, I mean all, termasuk aktivitas di kamar mandi.

Mereka yang selebtwit ini akan kecewa dalam hati apabila tidak ada yang mention mereka satu hari itu. Dan merasa menjadi 'king of the world' bila pernyataan mereka diretweet (diulangi) lagi oleh follower yang setia.

Padahal,kenyataannya, aku sebagai follower para selebtwit tidak terlalu peduli dengan segala bacot aktivitas kamar mandi, dan segala bacot gak penting, bahkan gak jarang aku langsung unfollow, bila akun si selebtwit mulai 'membosankan' dan tidak informatif.

Aku, sebagai follower mereka ini, terkadang hanya menskip tweet mereka dan lanjut mencari tweet mereka yang aku anggap teman. Mereka yang kenal aku (follow aku). Yah, itu kenyataannya.

Jadi, mau follower kamu beribu-ribu pun, nyatanya kamu harus kembali lagi ke dunia nyata. Dimana kamu hanya seorang anak kuliah biasa, dengan skripsi yang tidak kunjung lulus, dan mulai melupakan teman-teman sebenarnya, dan hanya punya teman di dunia maya ini.

Kamu nantinya harus kembali menelan pil pahit, bahwa kamu tetap sendirian, di kamar kos, dengan masa depan belum pasti. Apalah arti ribuan follower, kalo kamu tidak bisa menghidupi hidup kamu sendiri nantinya.

Kamu juga nantinya sadar, bahwa mereka yang hari ini kamu bully di twitter, bisa jadi adalah orang yang menentukan masa depan kamu. Tidak semua orang punya hati malaikat dan pemaaf. Dan mungkin saja, kamu, dengan segala megaloman menganggap dirimu selebtwit, sudah membuat masalah dengan orang yang salah. Orang yang bukan siapa-siapa di twitter, tapi adalah 'seseorang' di dunia nyata.

Kamu memang dipuja puji ribuan follower, kamu 'merasa' ada ribuan orang yang mendengar kamu bicara, tapi itu semua tidak nyata. Itu hanya di pikiranmu saja, wahai kalian para selebtwit. Dan kalau twitter ini sampai membuatmu lupa dengan teman-teman di dunia nyata, ah, alangkah menyedihkannya.

Your real life that counts, not your twitter life. And for 'celebtwits' who act like you're the king/ queen of the world, hope u realize where the real world is.

No comments: