Jadi, kenapa aku bikin tulisan tentang ini?
Ini karena ada seseorang yang bilang (aku gak kenal siapa) bahwa sangat miris liat dokter sekarang yang tidak mau ke Mentawai, dan harus dibiayai dulu, padahal dulu waktu zaman bung Karno, para dokter ini diperbantukan secara cuma-cuma ke Malaysia.
Oke, ramai-ramailah kalian bilang dokter itu tidak punya rasa kemanusiaan karena tidak mau ke Mentawai, membantu yang membutuhkan.
Itu memang hak siapapun untuk berpendapat.
Tapi, mari kita lihat dari sisi kami, para dokter.
Kami, nantinya akan meninggalkan pekerjaan, keluarga, anak, suami dan istri selama 14 hari ini. Apa ada yang menjamin setelah 14 hari di sana kami akan diterima bekerja kembali di tempat yang lama? Tidak.
Keluarga kami juga butuh biaya, bagi yang sudah punya anak, mereka butuh orang tuanya.
Apa ada yang bisa menjamin kami akan mendapat akses langsung untuk pulang bila ada keluarga yang sakit atau membutuhkan kami juga? Tidak.
Apa ada yang bisa menjamin keselamatan kami di sana? Tidak. Sebagian besar dokter yang relawan harus bisa mencari makan, mencari tempat mandi, mencari tempat tinggal, sendiri. Tidak semua dari kami terdidik untuk itu, sebagian dari kami bahkan (terutama aku) takut perjalanan laut.
Jadi jangan bilang kami tidak punya hati. Tidak peduli kemanusiaan. Tidak peduli rakyat kecil.
Memang egois. Tapi siapapun, akan egois kalau sudah menyangkut kepentingan keluarganya. Kami bukan malaikat, kami juga punya keluarga yang harus dihidupi, kami juga punya tanggung jawab sendiri.
Semoga tidak ada lagi yang menggeneralisir bahwa dokter yang tidak berpartisipasi ke Mentawai adalah dokter yang tidak punya hati.
Dan sebelum mengeluarkan pertanyaan itu, tanyakan kepada diri kalian sendiri, apa kalian mau ke sana dan meninggalkan keluarga?
Iya, sama, kita sama-sama manusia biasa, bukan manusia berhati malaikat.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
No comments:
Post a Comment