Awalnya kenapa bisa nonton drama seri ini, karena secara kebetulan sekitar 1 bulan lalu frustasi karena siaran TV jam 8 isinya sinetron yang gak mendidik. Iseng merubah channel ke TV3 dan secara kebetulan drama seri ini yang muncul. Yang bikin kami langsung suka ama Tahajjud Cinta karena ost.nya lagu Chrisye : Merpati Putih. Woaaa!! Jarang-jarang sinetron pake lagu Chrisye, padahal lagunya bagusss banget.
Drama seri ini memang beda dari sinetron lain yang banyak kekerasan, perebutan harta, tertukar antara siapa anak siapa, dan konflik menantu mertua. (yeah, right, ring a bell?)
Okay here we go.
Drama seri bertajuk Tahajjud Cinta ini adalah karya Eirma Fatimah ditayangkan di TV3, setiap hari Jumat, pukul 9 malam waktu Malaysia (atau pukul 8 malam WIB). Eirma Fatimah juga merupakan salah satu pemeran utama di sini. Untuk ide ceritanya, saya ancungin 4 jempol (2 jempol dari saya, 2 lagi dari my hubby @faisyalreza ;) )
Cerita berawal dari Citra Meisarah (Nur Fazura) berbohong kepada orang tuanya bahwa ia masih kuliah di London, jurusan design. Padahal kenyataannya dia transfer ke Al-Azhar, Kairo, jurusan ilmu syariah (jauh kan??). Selama bertahun-tahun dia bohong ke orangtuanya (yang memang tajir melipir) hingga sampai saat Citra selesai kuliah dan harus pulang ke Kuala Lumpur. Selain berbohong tentang jurusannya, ia juga tidak terus terang bahwa sekarang ia bercadar, pakai gamis, dan tidak boleh bersentuhan dengan pria bukan muhrim. Citra mau gak mau harus pulang dan menjelaskan sebenarnya ke orangtuanya.
Selain Citra, tokoh lain dalam drama seri ini adalah Seri (Fouziah Gous). Seri anak desa yang juga kuliah di Kairo, tinggal satu rumah dengan Citra. Di Kairo, Seri juga dekat dengan pria teman kuliahnya Azihan (Shah Jazle). Namun, karena Seri pakai cadar, Azihan gak pernah liat wajah Seri itu seperti apa. Dan suatu hari di Jordania (syuting beneran di Petra, Jordan, and i was like, wowww!!), Azihan buka cadar Seri demi bisa liat muka Seri itu seperti apa. Yap, seperti yang sudah kalian tebak, Seri marah, dan menjauhi Azihan. Azihan ngejar Seri, and boom! He got hit badly by a car, and died immediately.
Ini masih di episode 1 loh, konflik udah sebanyak ini, dan masih kagum karena mereka syuting di Jordania betulan. Masih ingat banget ama kata-kata Citra waktu Seri meratap nangis karena gak bisa bawa jenazah Azihan pulang ke Malaysia ( gak punya biaya gitu) : “Astaghfirullah Seri, ini bukan Azihan, ini hanya mayatnya saja!” I was Gasp!! Di sini jelas digambarkan karakter Citra sebagai wanita muslim moderate, yg independen. Dan Seri sebagai wanita yang lemah, dan penurut.
Sekarang masuk ke tokoh selanjutnya. Tokoh yang satu ini paling esensial kalo menurut saya sih, sekaligus paling kontroversial. Kita mulai.
Di Trenggano, desa tempat Seri tinggal, ada seorang tokoh agama yang sangat disegani oleh masyarakat. Selain karena tinggi ilmu agamanya, Ustadz Sauki ini disegani karena beristri 4 (kebayang kan sekontroversial apa kalo ditayangin di Indonesia). Kesemua istrinya pintar, dan dia terkenal bisa berlaku adil. Selama Seri kuliah di Kairo, Ustadz Sauki yang bantu membiayai, so pasti bapaknya Seri sangat memuja dan cenderung fanatik ama Ustadz.
Pemeran Ustadz Sauki saya akuin sangat watak. Dialog panjang 1 kali take, dengan bahasa bergantian dari Arab (yang biasanya berupa ayat Alqur’an lengkap dengan nama surat dan ayatnya) ke bahasa Melayu. Jago.
Konflik lain juga dialami oleh keempat istri ustadz. Cemburu, saling sindir siapa yang paling disayang Ustadz, sampai siapa yang ternyata lebih lama 1 hari bersama Ustadz. Biasanya Ustadz Sauki bergiliran akan datang ke rumah 4 istrinya (Hamani, Qadirah, Syarifah, dan Humairah) setiap malam. Dengan pulangnya Seri ke Trenggano (dan langsung dipaksa bapakmya untuk kerja di Pondok Pesantren Ast-Taqwa milik Ustadz), istri kedua merasa terancam, takut ada diantara mereka yang diceraikan, sehingga Ustadz bisa menikah dengan Seri. Padahal istri pertama ustadz sudah berencana menjodohkan Solahuddin (anaknya) dengan Seri.
Lanjutan cerita berikut ini mungkin akan terasa tidak masuk akal. Apalagi bagi mereka yang tidak berpihak pada paham “berdua di tempat terbuka sekalipun dengan bukan muhrim adalah haram”. Tapi, memang konflik seperti inilah yang diusung.
No comments:
Post a Comment