"Jangan melawan orang tua"
"Jangan sakiti hati orang tua"
"Berdosa kalo gak nurut ama orang tua"
Familiar kan, dengan larangan-larangan ini? We're growing up by listening to this spell. Tapi bagaimana sebaliknya? Apa orang tua juga diingatkan untuk tidak menyakiti anaknya? Entah secara fisik, verbal, psikis. Apakah orang tua sadar bahwa anaknya juga manusia yang punya perasaan, marah, benci, kesal, bukan hanya seorang robot sempurna yang diprogram untuk menyenangkan hati orang tuanya.
Berapa banyak anak yang merasa tidak percaya diri akibat sering di verbal abuse orang tuanya? Sering dibandingkan dengan saudara yang lain. Sering dihina fisik kita yang tidak secantik sepupu lain, padahal, kalau saja orangtua mau menelaah lagi, gen kita, yang membuat ortu mikir kita gak cantik, itu datangnya justru dari mereka sendiri. Berapa banyak ortu yang memaksa anaknya menjadi sempurna? Pintar, cantik, tinggi langsing, berkulit putih, rambut panjang. Berapa banyak anak yang akhirnya terpaksa menikah dengan orang pilihan ortunya? Dengan alasan ingin menyenangkan orang tua. Ortu lupa, bahwa yang akan bahagia atau tersiksa nanti adalah kita, anaknya yang akan menjalani. Berapa banyak airmata yang kita keluarkan diam-diam, saat teringat kembali kata-kata, bentakan, hardikan dari orang tua, tentang keputusan yang kita anggap sudah tepat tapi tidak di mata mereka. Anak akan mendapat sangsi berupa dosa apabila tidak menurut orang tua. Apakah orang tua juga akan mendapat dosa untuk setiap sakit hati dan air mata yang tumpah dari anaknya, akibat dari kata-kata, perbuatan, tindakan baik yang disadari maupun tidak? Apakah orang tua bebas dari tanggung jawab saat pilihan yang ditetapkan oleh mereka justru menjadi musibah buat kita?
Entahlah, seperti semua hal lain di dunia ini, selalu ada dua sisi. Anak juga adalah manusia, sama seperti orang tua. Anak bisa sakit hati, bisa menangis, bisa meratap, bisa marah, bisa dendam, sama seperti manusia lain. Kalau dengan orang lain, kita bisa memilih kata-kata dan perbuatan yang baik, kenapa kita harus cenderung berkata kasar dan bersuara keras saat ke anak? Untuk mendidik mereka? Apakah berhasil? Apakah saat seseorang sering dilempar api dia akan jadi kebal panas? Apakah saat anak dimarahi dia akan menjadi pribadi yang lebih baik, bukannya malah menjadi pribadi pendendam dan pemarah?
Poin aku, orang tua juga harus memikirkan bahwa anaknya bukan seorang robot penurut yang sempurna. Anaknya ini manusia biasa.
Bisa sakit hati, menangis. Dan menurut aku, untuk setiap air mata yang tumpah, baik dari perbuatan anak ke orang tua ataupun sebaliknya, akan diganjar dosa yang sama. Anak tidak sempurna, orang tua pun tidak.
Gak lama lagi, insyaAllah aku akan jadi orang tua. Semoga ini juga bisa jadi insight juga buat calon orang tua lain. Bahwa menyakiti hati anak, juga perbuatan tidak baik, dan berdosa.
No comments:
Post a Comment