Sejak menjadi konselor menyusui tahun 2013, saya sering menangani bayi yang kesulitan menyusu, yang sulit sekali untuk latch-on (perlekatan) yang baik, dan si ibu yang juga sudah mulai menyerah karena tidak tahan nyeri puting lecet. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan hal ini adalah bayi memiliki tali lidah pendek, atau tongue tie. Maka saat saya melahirkan akhir Mei kemarin, dan langsung mengalami kendala menyusui (bayi sulit latch on, menangis saat menyusu, puting lecet dan berdarah), saya curiga kalo bayi saya yang baru berusia 2 hari ada tongue tie. Benar saja, dan hal ini dikonfirmasi ke dokter anak yang menangani bayi saya (Aga).
Esok paginya, setelah berdiskusi dengan suami dan ibu saya, akhirnya kami memutuskan agar tongue tie tersebut diinsisi (digunting), walaupun sebenarnya kasihan Aga sekecil itu harus melewati prosedur yang cukup menyakitkan. Saya dipanggil ke ruang bayi, dan dari dalam terdengar tangisan Aga yang menyayat hati. Setelah diinsisi, Aga dibawa keluar, dan langsung saya susui. Nangisnya langsung reda, matanya menatap mata saya, dan lalu terdengar deguk-deguknya minum ASI. Alhamdulillah lancar, dan darah di lukanya langsung berhenti.
Sejak saat itu, saya menyusui Aga dengan hati senang, puting tidak pernah lecet lagi, dan semakin bahagia karena penambahan berat badan Aga yang drastis, 2 kilo dalam 40 hari pertama. Berkat ASI dan berkat penanganan dini terhadap tongue tie.
Tidak terbayang jika saja tongue tie ini tidak ditangani, Aga akan terus kesulitan menyusu, puting saya akan terus lecet, dan menyusui tidak lagi jadi pengalaman indah kami berdua. Saya bersyukur semua kesulitan itu bisa teratasi.